Analisis tersebut membandingkan rata-rata tahunan malam panas antara tahun 2014 dan 2023 dengan dunia kontrafaktual tanpa perubahan iklim yang disebabkan manusia berdasarkan metodologi peninjauan sejawat menggunakan model yang menggabungkan data historis.
Karena data historis jangka panjang tidak lengkap atau hilang untuk banyak negara, para peneliti memutuskan untuk membandingkan temuan mereka dengan dunia imajiner di mana satu-satunya hal yang berubah adalah jumlah karbon di atmosfer.
Negara Karibia Trinidad dan Tobago mengalami peningkatan suhu tertinggi dibanding negara lain, dengan 47 malam tambahan per tahun di atas 25C. Kota Mumbai di India mengalami dua bulan tambahan malam yang panas.
Ambang batas 25C “bukanlah suatu angka yang kaku dan pasti, di bawah angka tersebut kesehatan dianggap baik dan di atas angka tersebut kesehatan dianggap terganggu,” Obradovich, yang tidak terlibat dalam analisis tersebut, menjelaskan.
“Suhu malam hari yang lebih panas, secara rata-rata, lebih buruk bagi kesehatan,” tambahnya, tetapi dampaknya pada setiap orang berbeda-beda. dilansir dari phys.org pada Kamis (8/8/2024).
Namun, bila panas dipadukan dengan tingkat kelembapan tinggi, akibatnya dapat mematikan.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa suhu malam hari di atas 25C menurunkan kualitas dan lamanya tidur —- yang sangat penting bagi manusia untuk berfungsi— dan meningkatkan risiko stroke, kondisi kardiovaskular, dan kematian.
Para peneliti menemukan sebelumnya bahwa orang lanjut usia dan orang berpendapatan rendah paling banyak terkena dampaknya.