Menyerang pemilu 2024
Trump telah menggandakan penolakan pemilihannya pada siklus pemilu ini Pada Mei 2024, The New York Times telah mendokumentasikan 550 pernyataan semacam itu, naik dari sekitar 100 di seluruh kampanye 2020.
Terus bersikera bahwa pemilu 2020 dicurangi, Trump memprediksi pengukangan pada tahun 2024.
Narasi viktimisasi yang meluas ini telah didukung oleh serangkaian tuntutan hukum dan investigasi kriminal yang diajukan terhadap mantan presiden. Sejak 2020 jaksa Negara dan federal telah mendakwa Trump dengan 94 kejahatan, termasuk penipuan bisnis, kesalahan penanganan dokumen rahasia, dan mengganggu pemilihan federal.
Di New York, dia dihukum atas 34 tuduhan penipuan perusahaan dan dinyatakan bertanggung jawab atas pelecehan seksual dalam kasus perdata yang di ajukan oleh penulis E. Jean Carroll.
Trump telah melemparkan tantangan hukum ini sebagai upaya yang disengaja oleh Presiden Joe Biden untuk mengganggu pemilu 2024 lebih dari 350 kali.
“Masalah hukum saya, masing-masing dari mereka yang perdata dan pidana, semuanya diatur oleh Joe Biden,” kata Trump kepada kerumunan Kota New York pada Januari 2024. “Mereka melakukannya untuk campur tangan pemilu.” tambahnya
Penggantinya memperkuat pesan ini. Misalnya, Mike Howell, direktur Proyek Pengawasan Heritage Foundation yang berhaluan kanan, menyatakan pada 6 Juni 2024, di acara publik Washington bahwa ada peluang 0% untuk pemilihan yang bebas dan adil.
Dari penyangkalan ke kekerasan: Tanda-tanda peringatan
Berbohong tentang hasil pemilu bukan sekadar amukan. Ini adalah landasan strategi Trump untuk menggambarkan dirinya sebagai korban negara dalam elitis sebuah citra yang menarik bagi basisnya, terutama di antara pemilih kelas pekerja kulit putih, beberapa di antaranya merasa bahwa mereka sendiri adalah korban globalisasi dan elit bayangan.