Aulanews.id – Pancasila menjadi pengikat paling efektif di dunia, untuk menyatukan bangsa dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini merupakan jasa atas perjuangan para Pendiri Bangsa, yang telah meletakkan dasar-dasar filosofis yang dirumuskan dalam sila-sila Pancasila.
“Dengan Pancasila mampu menyatukan bangsa Indonesia, yang terdiri dari 7400 pulau dengan aneka etnis dan suku bangsa,” kata Mayjen TNI Nisan Setiadi SE, Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) di Universitas Brawijaya, Malang, Rabu 27 September 2023.
Dalam acara kuliah umum Bela Negara diikuti ribuan mahasiswa baru UB, dibuka secara resmi Wakil Rektor III UB, Dr Setiawan Noerdajasakti SH MH, dihadiri Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jatim Prof Dr Hj Hesti Armiwulan SH MHum, Riadi Ngasiran (Kabid Media Hukum dan Humas FKPT Jatim), Moch Arifin (Kabid Agama Sosial Budaya FKPT Jatim) dan para remaja Duta Damai Jatim.
Tokoh yang alumni Akademi Militer 1988 dari cabang Artileri Pertahanan Udara ini mengingatkan pentingnya ideologi Pancasila, guna menangkis ajaran terorisme yang tak memandang agama, serta ideologi terorisme yang menimbulkan banyak hal negatif.
“Pancasila adalah ideologi paling luar biasa di dunia yang bisa menyatukan keberagaman Indonesia. Uni Soviet pecah menjadi 13 negara, Korea pecah menjadi 2 negara, karena apa? Ideologi mereka bukanlah pancasila, maka cintailah Pancasila,” ujarnya.
Di depan ribuan mahasiswa baru Universitas Brawijaya, Nisan Setiadi mengajak untuk sama-sama memerangi paham kekerasan atau radikalisme yang secara nyata sudah ada di tengah masyarakat. Sebab, jika dibiarkan maka paham radikalisme dapat mengacam persatuan Bangsa.
“Kita harus sama-sama berpegang teguh pada Pancasila sebagai ideologi Bangsa, dan menjadikan Pancasila sebagai pemersatu Bangsa.
Terorisme Bukan Ajaran Agama
“Jangan biarkan paham radikalisme dan aksi terorisme tumbuh dan berkembang di sekitar kita. Mahasiswa, pelajar dan pemuda pada umumnya harus menjadi agent of change dalam mencegah dan memerangi radikalimse khususnya di Provinsi Bengkulu,” ujarnya.
“Teroris tidak ada hubungannya dengan agama, teroris itu bukan Islam. Karena mayoritas orang Indonesia beragama Islam, maka teroris memakai atribut agama islam sebagai senjata mereka menyebarkan paham terorisme,” lanjutnya.
Ideologi terorisme adalah suatu aliran, paham, gagasan, pemikiran, yang berkembang menjadi tindakan/perbuatan dengan cara kekerasan/ekstrem yang dapat menimbulkan rasa takut yang meluas/massive, menimbulkan korban jiwa dan kerusakan harta benda, dengan motif politik yang berdampak pada gangguan keamanan,” jelas Mayjen TNI Nisan Setiadi, S.E.(***)