Aulanews.id – Tanggal 30 September merupakan salah satu tanggal paling bersejarah. Pasalnya, hari ini diperingati sebagai peringatan peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau lebih dikenal dengan G30S PKI.
Gerakan 30 September merupakan salah satu peristiwa kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa ini terjadi 58 tahun yang lalu, tepatnya pada 30 September 1965.
G30S PKI terjadi pada dini hari tanggal 30 September dan masuk 1 Oktober 1965.
Pemberontakan ini dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) di bawah pimpinan DN Aidit.
Pada peristiwa tersebut 6 orang Jenderal diculik dan dibunuh. 3 orang langsung dibunuh di kediamannya, sementara lainnya diculik dan dibuang ke Sumur Lubang Buaya.
Keenam perwira tinggi tersebut adalah Letjen Anumerta Ahmad Yani, Mayjen Raden Soeprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjend S Parman, Brigjen DI Panjaitan dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo.
Tujuan dari pemberontakan ini adalah untuk menggulingkan pemerintah era Soekarno dan mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis.
Hingga kini, peristiwa G30S PKI selalu diperingati untuk mengenang para korban, atau yang disebut sebagai pahlawan revolusi. Biasa, hari bersejarah ini diperingati dengan pemutaran film G30S PKI untuk mengenang dan menunjukkan kepada generasi muda akan peristiwa pahit tersebut.
Untuk terus mengingat sejarah tersebut, dibuat sebuah film berjudul “Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI”. Film yang dirilis pada 1984 ini dibuat oleh sutradara Arifin C. Noer.
Film tersebut sering ditayangkan di televisi nasional pada 30 September setiap tahunnya. Pada tahun ini, film G30S/PKI tayang hari Sabtu, (30/9/2023) pada pukul sekitar 18.00 WIB.
Sinopsis Film
Film G30S/PKI menceritakan tentang pemberontakan yang dilakukan oleh PKI dengan membunuh tujuh jenderal yang masih menjabat di masa pemerintahan presiden Soekarno.
Pada awal film menampilkan bagaimana kejamnya PKI dalam membantai sekumpulan warga desa yang tengah beribadah di masjid pada pagi hari.
Adapun pada hari eksekusi Cakrabirawa mengepung rumah Brigjen D.I Pandjaitan dan memintanya untuk segera menghadap presiden. Tanpa ragu ia langsung bersiap dan meminta waktu untuk berdoa sebelum pergi.
Namun karena tidak sabar pasukan tersebut justru menembak beliau dan langsung memindahkannya ke truk. Insiden keji tersebut dilihat oleh keluarga dari Brigjen D.I. Pandjaitan.