“Cita-cita Islam dan bagaimana Islam ditafsirkan 180 derajat berbeda dari cita-citanya, karena itu terutama sebagai perempuan penting sekali mengenali cita-cita Islam berkaitan dengan kemanusiaan, termasuk kemanusiaan yang perempuan,” tegasnya dalam acara Dialog Interaktif peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan oleh Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jawa Tengah di Universitas Surakarta, Ahad (9/12/2024).
Nyai Nur Rofiah menyayangkan cara pandang masyarakat yang tidak memperlakukan perempuan sebagai manusia seutuhnya, bahkan hanya sekedar sebagai objek seksual. Cara pandang itu membahayakan perempuan hingga rentan menjadi korban kekerasan seksual atau alat pemuas seksual oleh laki-laki. “Bayangkan kalau perempuan dilihat sebagai objek seksual, sebagai alat pemuas seksual. Jika ditutup serabut apapun, perempuan itu rentan menjadi korban pelecehan kekerasan sampai dengan perkosaan,” kata Founder Ngaji Kajian Gender Islam (KGI) tersebut.
Lebih dari itu, Nyai Nur Rofiah mengatakan perempuan dipandang sebagai sumber fitnah, dikarenakan dapat menyusutkan iman seorang laki-laki, kemudian terdorong melakukan zina. Menurutnya, yang menjadi problematika bukan perempuan sebagai sumber fitnah, tapi cara pandang terhadap perempuan yang menganggapnya sebagai objek seksual. Bahkan, sumber hukum Islam telah menerangkan tidak ada seorangpun diciptakan menjadi sumber keburukan. “Perempuan dipandang sebagai sumber fitnah, karena bisa membuat iman laki-laki lemah lalu terdorong untuk melakukan zina. Maka, pertanyaannya adalah apakah perempuan itu sumber fitnah atau cara pandang terhadap perempuan sebagai objek seksual? Sumber hukum Islam tentu tidak ada seorangpun diciptakan untuk menjadi sumber keburukan,” jelas dosen Pascasarjana Prodi Ilmu Tafsir Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Jakarta itu.(Vin)