Hal ini juga berpotensi membahayakan kemampuan Israel untuk mempertahankan strategi militernya saat ini. Strategi ini, yang melibatkan operasi berkelanjutan di Gaza yang bertujuan menghancurkan Hamas, membutuhkan pasukan darat, persenjataan canggih, dan dukungan logistik yang konstan – yang semuanya membutuhkan biaya finansial yang besar.
Selain indikator ekonomi makro, perang tersebut berdampak besar pada sektor-sektor tertentu dalam perekonomian Israel. Sektor konstruksi, misalnya, melambat hampir sepertiga dalam dua bulan pertama perang. Dan pertanian juga terpukul, dengan produksi turun seperempat di beberapa area.
Sekitar 360.000 tentara cadangan dipanggil pada awal perang – meskipun banyak yang telah kembali ke rumah. Lebih dari 120.000 warga Israel telah dipaksa meninggalkan rumah mereka di daerah perbatasan. Dan 140.000 pekerja Palestina dari Tepi Barat tidak diizinkan memasuki Israel sejak serangan 7 Oktober.
Pemerintah Israel berupaya mengisi kekosongan tersebut dengan mendatangkan pekerja dari India dan Sri Lanka. Namun, banyak pekerjaan penting yang kemungkinan besar masih belum terisi.
Diperkirakan hingga 60.000 perusahaan Israel mungkin harus tutup pada tahun 2024 karena kekurangan staf, gangguan rantai pasokan, dan memudarnya kepercayaan bisnis, sementara banyak perusahaan menunda proyek baru.
Meskipun bukan bagian penting dari ekonomi Israel, juga terkena dampak yang parah. Jumlah wisatawan telah menurun drastis sejak dimulainya perang, dengan satu dari sepuluh hotel di seluruh negeri kini menghadapi kemungkinan tutup.
Bagaimana perang ini mempengaruhi wilayah yang lebih luas
Perang itu mungkin telah menghancurkan ekonomi Israel. Namun dampaknya terhadap ekonomi Palestina jauh lebih buruk dan akan memakan waktu bertahun-tahun untuk memperbaikinya.
Banyak warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat telah kehilangan pekerjaan di Israel. Dan keputusan Israel untuk menahan sebagian besar pendapatan pajak yang dikumpulkannya atas nama warga Palestina telah membuat Otoritas Palestina kekurangan uang.
Perdagangan di Gaza juga terhenti, yang berarti banyak warga Palestina kini bergantung pada bantuan. Sementara itu, pada saat yang sama, saluran komunikasi terputus dan infrastruktur penting hancur.
Dampak perang ini tidak hanya dirasakan di Israel dan Palestina. Pada bulan April, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa mereka memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Timur Tengah akan “lesu” pada tahun 2024, yaitu hanya 2,6%. Mereka mengutip ketidak pastian yang dipicu oleh perang di Gaza dan ancaman konflik regional yang lebih besar sebagai alasannya.