“Mesiu yang belum meledak menimbulkan ancaman besar bagi masyarakat karena keluarga-keluarga terpaksa pindah ke daerah-daerah yang telah dibombardir atau menjadi lokasi pertempuran hebat sebelumnya,” kata OCHA.
Para ahli tindakan ranjau PBB sebelumnya telah mencatat bahwa sekitar 10 persen amunisi yang ditembakkan dalam konflik tersebut diperkirakan tidak akan berfungsi.
Hal ini menimbulkan bahaya yang mematikan bagi warga sipil dan khususnya banyak anak-anak yang menghabiskan “enam sampai delapan jam sehari untuk mengumpulkan air dan makanan, sering kali membawa beban berat dan berjalan jauh”, kata UNRWA.
Jalur bantuan terancamUntuk membantu orang-orang yang paling rentan di Gaza, badan PBB terus mendistribusikan air, makanan, dan barang-barang non-makanan penting lainnya dengan bantuan mitra lainnya.
Namun skala kebutuhan tetap besar setelah perintah evakuasi baru dikeluarkan pada Senin malam untuk wilayah timur Khan Younis dan Rafah, yang mencakup sekitar sepertiga dari total wilayah Gaza dan merupakan perintah terbesar sejak Oktober.
“UNRWA terus menyediakan air bersih, paket makanan, tepung, popok, kasur, terpal, dan layanan kesehatan yang sangat penting, tetapi PBB hampir tidak mungkin memberikan tanggapan apa pun karena pengepungan yang dilakukan Israel, kurangnya bahan bakar, kurangnya pasokan bantuan, kurangnya keamanan, pelanggaran hukum dan ketertiban, serta meningkatnya kriminalitas dan sekarang perintah pengungsian lebih lanjut,” kata badan PBB tersebut. Perintah evakuasi ini “sekali lagi memengaruhi keselamatan kami untuk bergerak dan akses ke penyeberangan perbatasan untuk menerima bantuan”.
