AulaNews.id – Pendanaan baru AS untuk meningkatkan produksi bahan bakar nuklir dalam negeri merupakan langkah bersejarah namun konsumen nuklir dunia juga harus mengubah rantai pasokan untuk memenuhi tujuan melonggarkan cengkeraman Rusia pada industri ini, kata seorang pejabat Departemen Energi AS (DoE). Pada konferensi iklim COP 28, Amerika Serikat bersama Jepang, Perancis, Kanada dan Inggris berkomitmen untuk mengumpulkan dana pemerintah sebesar $4,2 miliar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Dilansir dari Reuters pada 22 Maret 2024 – Kathryn Huff, asisten sekretaris nuklir di DoE, mengatakan kepada Reuters pada pertemuan puncak nuklir di Brussels bahwa negara-negara tersebut bersama-sama mencoba mengidentifikasi jumlah investasi yang diperlukan dari pemerintah untuk mendukung rantai pasokan bahan bakar. “Uang sebesar $2,7 miliar tersebut merupakan bagian dari kontribusi Amerika. Ini adalah langkah bersejarah dalam rantai pasokan bahan bakar, namun tentu saja kami melihat peluang untuk melangkah lebih jauh,” katanya. Presiden Joe Biden menandatangani rancangan undang-undang yang menyetujui pendanaan AS sebesar $2,7 miliar untuk produksi bahan bakar dalam negeri bulan ini.
Program yang didanai termasuk pengayaan bahan bakar uranium seperti bahan bakar uranium yang diperkaya rendah, atau HALEU, yang diharapkan akan digunakan di pembangkit listrik tenaga nuklir berteknologi tinggi. Reaktor baru ini bisa berukuran jauh lebih kecil dengan siklus operasi yang lebih lama. Huff menambahkan bahwa keberhasilan peralihan rantai pasokan juga akan bergantung pada negara-negara lain yang beralih ke “sumber tepercaya ini dibandingkan sumber yang dapat memanfaatkan pasokan untuk melawan sumber tersebut, seperti Rusia.”
Perusahaan energi milik negara Rusia, Rosatom, mengatakan pihaknya memasok 17% bahan bakar nuklir dunia. AS, produsen energi nuklir terbesar, bergantung pada Rusia untuk 20% uranium yang diperkaya, meskipun hal ini dibatasi oleh pembatasan impor sebelum invasi Rusia ke Ukraina. “(Ini) ketergantungan yang harus segera kita lepaskan,” kata Huff. “Kami sedang mencari cara untuk memulai pembatasan impor dari Rusia.”
AS memiliki lebih dari 90 reaktor nuklir yang beroperasi dan banyak di antaranya telah mencapai akhir masa pakai 40 tahunnya. Sejauh ini hanya enam yang telah disetujui untuk memperpanjang operasi hingga 80 tahun. Sebuah program percontohan di Ohio berhasil menghasilkan HALEU dan permintaan proposal diluncurkan pada bulan Januari. Pembangkit listrik tenaga nuklir saat ini biasanya mengandalkan uranium yang diperkaya hingga kemurnian 5%. Kongres juga siap untuk mengurangi impor uranium Rusia, sebagai bagian dari tanggapan Washington terhadap invasi besar-besaran Moskow ke Ukraina. Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan pekan ini bahwa larangan tersebut akan membebaskan dana untuk mengembangkan pasar bahan bakar nuklir dalam negeri.