Menurut Anton, kajian yang dilakukan oleh Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) mengabaikan sektor-sektor lain seperti transportasi dan industri dalam pemodelannya. Ia menjelaskan bahwa banyak kajian sebelumnya telah mengidentifikasi sektor transportasi sebagai penyumbang utama polusi udara.
Dia melanjutkan bahwa CREA menggunakan software pemodelan kualitas udara yang bernama calpuff. “Software ini umumnya digunakan untuk jarak dekat, kurang dari 100 kilometer,” kata Anton.
Anton mempertanyakan validitas hasil kajian CREA ketika digunakan untuk jarak lebih dari 100 kilometer, mengingat hal tersebut memerlukan infrastruktur komputasi yang handal. “Saya menduga hasilnya kurang valid. Kajian tersebut mencakup hingga kota Bandung, yang jaraknya hampir 250 kilometer dari sumber emisinya,” tegasnya.
Oleh karena itu, menurut Anton, diperlukan investigasi lebih lanjut untuk mengidentifikasi sumber emisi yang menyebabkan penurunan kualitas udara di Jakarta.