Aulanews.id – Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Bustanul Arifin mengatakan, prakiraan BMKG yang menyebut fenomena El Nino akan terjadi hingga bulan November menjadi masalah serius. Sebab, fenomena El Nino ini berdampak pada penurunan sentra produksi beras dalam negeri.
Bustanul menyampaikan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) saat ini luas lahan panen petani menurun 0,07 juta hektare yang berakibat pada penurunan produksi beras hampir 1 juta ton sehingga stok beras di pasaran juga berkurang.
“Saya menduga ini bisa lebih tinggi lagi angka penurunan itu. Jika BMKG mengatakan El Nino sampai November, bahkan lembaga internasional yang terpercaya sekelas Internasional Research Institute for Climate and Society (IRI) di Colombia University mengatakan sampai tahun depan, itu cukup mengerikan sekali. Mudah-mudahan tidak terjadi dan segera ada hujan,” ungkap Bustanul.
Bustanul bersama para pakar pertanian menyarankan pemerintah agar dapat memanfaatkan kesempatan yang ada. Pertama, pemerintah dapat memanfaatkan lahan rawa. Kedua, pemerintah bisa melakukan pengelolaan manajemen stok beras.
“Misalnya untuk lahan-lahan rawa memang tidak banyak, tapi di beberapa tempat lahan rawa ini aman terkait pasang surut itu perlu dimanfaatkan, perlu dioptimalkan, karena musim gadu (kemarau) ini yang secara normal kita panen Oktober,” jelas Bustanul.
Manajemen stok beras dapat dilakukan dengan impor. Tahun 2023 ini Indonesia sudah melakukan impor 2 juta ton beras.
“Sampai Agustus kemarin saya dapat data dari dalam sudah masuk barang 1,150 juta ton. Jadi masih ada 850.000 ton impor beras yang harus masuk ke Indonesia,” ucap Bustanul.