Pembunuhan Eygi terjadi di tengah meningkatnya kekerasan di Tepi Barat sejak Israel memulai perang di Gaza pada bulan Oktober. Kekerasan ini termasuk serangan yang semakin meningkat dari Israel, serangan oleh pejuang Palestina terhadap warga Israel, serangan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina, dan tindakan keras militer terhadap protes Palestina.
Lebih dari 690 warga Palestina telah terbunuh, menurut pejabat kesehatan Palestina.
AS Sebut Pembunuhan Itu ‘Tidak Dapat Dibenarkan’
Pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa pembunuhan Eygi “tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan” serta menekankan bahwa pasukan keamanan Israel perlu melakukan perubahan mendasar dalam aturan keterlibatan mereka.
“Tidak seorang pun seharusnya ditembak saat menghadiri protes. Menurut penilaian kami, pasukan keamanan Israel perlu membuat beberapa perubahan mendasar dalam cara mereka beroperasi di Tepi Barat,” katanya.
“Kami memiliki warga negara Amerika kedua yang terbunuh di tangan pasukan keamanan Israel. Ini tidak dapat diterima. Ini harus diubah.”
Kematian warga negara Amerika di Tepi Barat telah menarik perhatian internasional di masa lalu, seperti penembakan fatal seorang jurnalis Palestina-Amerika terkenal, Shireen Abu Akleh, yang merupakan koresponden Al Jazeera, pada tahun 2022 di kamp pengungsi Jenin.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa Israel jarang meminta pertanggungjawaban tentara atas pembunuhan warga Palestina, dan penyelidikan militer sering kali mencerminkan pola impunitas.
Namun, militer Israel berkali-kali mengatakan bahwa mereka menyelidiki secara menyeluruh tuduhan pembunuhan warga sipil dan meminta pertanggungjawaban pasukannya.