Dengan demikian, anggapan bahwa polusi plastik disebabkan oleh perilaku tidak bertanggung jawab manusia ternyata tidak sepenuhnya benar. Penyebab utama polusi plastik adalah karena sekitar 1,2 miliar orang di dunia tidak memiliki akses ke layanan pengangkutan sampah yang memadai. Mereka terpaksa membakar, mengubur, atau membuang sampah di darat atau di air.
Pembakaran sampah secara terbuka, yang menyumbang 57% dari total polusi plastik dunia, juga menjadi praktik umum. Pembakaran ini dilakukan tanpa kontrol apa pun untuk mencegah emisi berbahaya mencemari lingkungan atau membahayakan kesehatan manusia. Praktik ini dianggap populer karena sampah terlihat “menghilang,” sehingga mengurangi beban pengelolaan sampah.
India menjadi negara dengan tingkat polusi plastik terbesar, menghasilkan 9,3 juta ton plastik yang mencemari lingkungan setiap tahunnya, atau sekitar seperlima dari total global. Jumlah ini 2,7 kali lebih banyak dibandingkan Nigeria dan Indonesia, yang merupakan dua pencemar terbesar berikutnya.
India menempati posisi teratas karena hanya 81% sampahnya yang dikumpulkan. Negara ini juga menghasilkan lebih banyak sampah daripada yang diasumsikan oleh beberapa model sebelumnya. Data resmi pemerintah menunjukkan bahwa produksi sampah di India mencapai 0,12 kg per orang per hari, tetapi angka ini tidak mencakup banyak daerah pedesaan, sehingga perkiraan sebenarnya mendekati 0,54 kg per orang per hari. Kombinasi dari volume sampah yang besar, populasi yang besar, dan tingkat pengumpulan yang rendah menciptakan kondisi yang memungkinkan polusi plastik berkembang pesat.
Penentuan titik-titik polusi plastik ini sangat penting untuk membantu para pembuat kebijakan merancang langkah-langkah yang lebih tepat sasaran dalam menangani polusi plastik. Negara-negara dengan tingkat polusi plastik yang tinggi biasanya memiliki lebih sedikit sumber daya, baik dalam bentuk uang maupun infrastruktur, sehingga mereka cenderung kurang siap untuk mengendalikan emisi plastik mereka.