Aulanews.id – Pemerintah Libya memperkirakan sedikitnya 5.200 orang tewas dan 10.000 dinyatakan hilang. Ditambah sebanyak 20.000 dilaporkan mengungsi.
Keterangan tersebut diumumkan oleh Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Pemerintah yang mengawasi Libya timur, Tarek al-Kharraz, pada Selasa (12/9/2023).
Dia menerangkan bahwa, sedikitnya 5.200 meninggal dunia akibat banjir bandang besar di Libya. Informasi tersebut disampaikan oleh stasiun televisi Libya al-Masar, Selasa (12/9) lalu 20.000 orang dilaporkan mengungsi dan ribuan orang lainnya hilang atau belum diketemukan,” ungkapnya.
#Libya_flood #tripoli,#benghazi,#🇱🇾,#طرابلس#Libya#libya🇱🇾#libyan#libyaليبيا#Libya pic.twitter.com/IQXVhTvz0u
— Hamza karim bou saada (@Hamza1990Karim) September 12, 2023
Tarek al-Kharraz menjelaskan, untuk korban meninggal tersebut masih di KotaDerna, belum kota lainnya.
Dia mengatakan “Melihat jumlah korban yang tewas tersebut, dikhawatirkan masih akan terus bertambah beberapa hari mendatang,” kata Tarek, Selasa (12/9)
“Saya tidak melebih-lebihkan ketika saya mengatakan bahwa 25% kota telah hilang. Banyak sekali bangunan yang runtuh. Mayat-mayat tergeletak di mana-mana, di laut, di lembah, di bawah bangunan,” tambah Hichem Abu Chkiouat, juru bicara pemerintahan.
Ketua delegasi IFRC Libya, Tamer Ramadan, juga menambahkan bahwa masih ada sekitar 10.000 orang yang diperkirakan hilang karena hanyut dalam banjir di Libya.
“Dana yang terkumpul nantinya akan diprioritaskan untuk makanan dan non makanan, fasilitas kesehatan dan tempat berlindung,” kata Ramadan
Tragedi tersebut, akibat dari hantaman badai Daniel yang menerjang kota Mediterania pada Minggu (10/9) yang mengakibatkan dua bendungan jebol di kota Derna.
Ditambah lagi hujan deras yang turun membuat air terus membanjiri rumah warga yang bermukim di sepanjang pantai dan bangunan di kota Derna.
https://twitter.com/JackFought_1/status/1701764619210199310
Sulitnya upaya penyelamatan dan bantuan dari negara-negara luar dikarenakan kondisi politik di negara Libyasedang kacau.
Libya sendiri kini dikuasai oleh dua pemerintahan yang bersaing, hal itu membuat Infrastruktur maupun pun kondisi negara tersebut tidak baik.
Kekacauan politik yang terjadi di Libya sendiri sudah terjadi selama satu dekade lebih. Negara tersebut terbagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah timur dan wilayah barat.
Perdana Menteri pemerintahan sementara di Tripoli, Abdulhamid al-Dbeibah, mengumumkan tiga hari berkabung di semua kota yang terkena dampak, dan menyebutnya sebagai “daerah bencana”.