Aulanews.id – Yahya Sinwar, yang ditunjuk sebagai pemimpin Hamas pada Selasa, mendalangi serangan paling berdarah terhadap orang Yahudi dalam satu hari sejak Holocaust, dan tidak merahasiakan keinginannya untuk menyerang Israel, negara yang memenjarakannya selama hampir separuh masa dewasanya.
Pada bulan Desember 2022, pemimpin militan tersebut menyampaikan dalam sebuah rapat umum di Gaza bahwa kelompok Palestina Hamas akan mengerahkan “banjir” pejuang dan roket untuk melawan Israel, dalam pidatonya kepada para pendukungnya.
Kurang dari setahun kemudian, Israel menyadari bahwa itu bukan ancaman kosong, ketika pejuang Hamas menerobos pagar pembatas Gaza pada 7 Oktober 2023, melancarkan serangan yang menewaskan 1.200 orang, menyandera 152 orang, dan menghancurkan reputasi Israel sebagai musuh yang tak terkalahkan.
Perang yang dipicu oleh serangan 7 Oktober itu menghancurkan Gaza, karena Israel berusaha melenyapkan Hamas. Sinwar berada di urutan teratas daftar orang yang akan dibunuh Israel selama konflik itu.
Pada saat pidato tersebut, Sinwar dan pemimpin militer militan Islam Mohammed Deif telah menyusun rencana rahasia untuk serangan 7 Oktober, hari paling mematikan dalam 75 tahun sejarah Israel.
Hamas menganggap serangan itu sebagai kemenangan besar melawan pendudukan Israel, tetapi serangan itu menuai kecaman dari Pengadilan Kriminal Internasional.
Jaksa penuntut mengatakan dia telah meminta surat perintah penangkapan untuk Sinwar, Deif dan tokoh Hamas lainnya atas serangan itu, dan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Nentanyahu dan kepala pertahanannya atas tanggapan Israel yang menghancurkan sebagian besar Gaza menjadi puing-puing.