Dia mengungkapkan semua kader harus memegang prinsip tongkat komando. Menurutnya, siapapun kader NU berhak berkiprah dalam segala bidang mulai anggota legislatif, atau menduduki posisi jabatan publik apapun bukanlah tujuan.
Warga NU harus kembali dan mengikuti tongkat komando. Menurut dia, itulah prinsip dari sami’na wa atho’na, atau mendengar dan taat pada pemegang tongkat komando.
“Manakala sudah dianggap cukup oleh masayikh, maka kader harus kembali menjadi tongkat kembali. Itulah sistem komando. Sikap pusaka kebanggaan kita sami’na wa atho’na,” tutur dia.
Oleh sebab itu, katanya, supremasi Syuriah sebagai dewan tertinggi di PBNU mutlak diperjuangkan. Miftahul menyinggung insiden saat ia, selaku Rais Aam hanya sekali menggunakan kewenangannya. Tetapi, ia tak menerangkan lebih lanjut kewenangan yang dimaksud.
dilansir dari cnnindonesia