Aulanews Lingkungan Hidup Pemanasan Global Akan Membuat Musim Dingin lebih basah dimasa depan

Pemanasan Global Akan Membuat Musim Dingin lebih basah dimasa depan

Aulanews.id – Studi terbaru yang dipimpin oleh ilmuwan dari Universitas Illinois Chicago menemukan bahwa warga Amerika akan menghadapi musim dingin yang lebih basah akibat pemanasan global. Penelitian ini menggunakan model iklim untuk memprediksi perubahan curah hujan musim dingin di Amerika Serikat pada akhir abad ke-21. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan, termasuk cuaca ekstrem, akan meningkat di sebagian besar wilayah AS. dilansir dari phys (27/09/2024)

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal npj Climate and Atmospheric Science ini juga mengungkap bahwa frekuensi musim dingin yang sangat basah, yaitu musim dingin dengan curah hujan tertinggi, akan meningkat drastis. Musim dingin semacam ini, yang sebelumnya hanya terjadi sesekali, diperkirakan akan menjadi lebih umum dan terjadi sekitar sekali setiap empat tahun di beberapa wilayah AS pada akhir abad ini.

Perubahan ini diperkirakan akan berdampak besar pada sektor pertanian, sumber daya air, serta meningkatkan risiko banjir dan mempengaruhi area yang sensitif terhadap perubahan iklim. Akintomide Akinsanola, asisten profesor ilmu bumi dan lingkungan di UIC, mengatakan bahwa peningkatan curah hujan musim dingin ini akan jauh lebih besar dibandingkan dengan perubahan yang terjadi di musim-musim lain. “Curah hujan musim dingin akan meningkat tajam dan lebih sering terjadi, melebihi data historis yang pernah kita miliki,” ujarnya.

Penelitian ini melibatkan 19 model iklim dan menganalisis tujuh subwilayah di Amerika Serikat. Proyeksi curah hujan pada akhir abad ke-21 (2070-2099) dibandingkan dengan periode saat ini (1985-2014). Hasilnya menunjukkan peningkatan curah hujan rata-rata 2%–5% per derajat pemanasan global, dengan wilayah Barat Laut dan Timur Laut mengalami peningkatan terbesar. Sementara itu, Great Plains bagian selatan, seperti Texas dan Oklahoma, diperkirakan akan mengalami perubahan yang kecil dan lebih tidak pasti, dengan kekeringan ekstrem yang lebih sering.

Baca Juga:  AC Milan Konfirmasi Akan Perpanjang Kontrak Zlatan Ibrahimovic

Perubahan ini juga akan berdampak pada jenis presipitasi yang turun. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa semakin hangat suhu, semakin banyak presipitasi yang turun dalam bentuk hujan, bukan salju, yang akan mengakibatkan kedalaman salju berkurang. Hal ini bisa memberikan tekanan lebih pada infrastruktur yang ada, seperti sistem drainase yang harus ditingkatkan untuk menangani potensi banjir.

Dalam studi ke depan, Akinsanola berencana menggunakan model resolusi tinggi untuk memprediksi perubahan curah hujan, gelombang panas, kekeringan, serta kejadian ekstrem lainnya di tingkat lokal, bekerja sama dengan Laboratorium Nasional Argonne.

Berita Terkait

Bukti nyamuk bawah tanah London berevolusi dari spesies Mesir ini kata studi genetik

Perang Ukraina: Ancaman Baru bagi Lingkungan dari Sektor Penerbangan

Konten Promosi

Terkini

Siaran Langsung

Infografis

Sosial

Scroll to Top