Selain Siti, penulis lainnya seperti Nova Haryanti dan Sumiyati juga berbagi pengalaman mereka dalam proses penulisan cerpen. Nova mengaku menulis di sela-sela waktu istirahatnya, sementara Sumiyati sering mencatat ide-ide cerita saat tengah malam setelah menyelesaikan pekerjaannya. Karena tidak punya akses komputer, SUmiyati mengirimkan naskahnya menggunakan text WhatsApp. Mereka semua sepakat bahwa menulis adalah pelarian yang menyenangkan dan memberikan kepuasan batin.
“Bukan Cerpen Biasa” tidak hanya menjadi bukti kreativitas dan kemampuan sastra para pekerja migran, tetapi juga menjadi simbol keberanian mereka dalam menyuarakan pengalaman hidupnya. Buku ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang dan memberikan pandangan yang lebih luas tentang kehidupan pekerja migran di luar negeri.
***
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Email: [email protected]
Instagram: @atdikbud.singapura