Aulanews.id – Badai Beryl, badai terkuat dalam sejarah yang terbentuk pada bulan Juni di Samudra Atlantik, mendatangkan malapetaka saat melanda Grenada, Saint Vincent dan Grenadines, serta Jamaika.
Awalnya berupa depresi tropis, Beryl dengan cepat meningkat menjadi badai Kategori 4 dan sempat mencapai status Kategori 5, dengan kecepatan angin hingga 240 km/jam (150 mph).
Sekarang diturunkan menjadi badai Kategori 3, Badai Beryl bergerak menuju Belize dan Meksiko, terus menimbulkan ancaman yang signifikan.
Badai tersebut telah menelan sedikitnya sepuluh korban jiwa, banyak yang terluka, dan mengakibatkan kerusakan luas, serta memaksa ribuan orang mengungsi.
Sekjen PBB ‘sangat kecewa’Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyampaikan kekhawatirannya yang mendalam atas kerusakan yang disebabkan oleh badai tersebut, dan menegaskan kembali solidaritasnya dengan negara-negara yang terkena dampak.
“Sekretaris Jenderal, berkoordinasi dengan negara-negara yang terkena dampak, sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan seruan guna mengatasi kebutuhan kemanusiaan yang timbul akibat dampak Badai Beryl,” kata Juru Bicaranya, Stéphane Dujarric, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu malam.
Pernyataan itu menambahkan bahwa $4 juta akan disediakan dari Dana Tanggap Darurat Pusat PBB untuk Grenada, Jamaika, dan Saint Vincent dan Grenadine.
Tim PBB di lapanganPejabat kemanusiaan PBB di Saint Vincent dan Grenadines serta di Grenada bekerja sama dengan pejabat setempat, membantu penilaian dan tanggapan kerusakan.
Tim dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) juga berada di Barbados, mendukung upaya di negara tersebut dan Karibia timur, kata Tn. Dujarric dalam jumpa pers di Markas Besar PBB di New York pada hari itu.
