“Kita harus menghadapi dan membasmi kefanatikan dalam segala bentuknya,” katanya. “Pemimpin harus mengutuk wacana yang menghasut dan menjaga kebebasan beragama. “Bersama-sama, mari kita berkomitmen untuk mendorong rasa saling menghormati dan memahami, menumbuhkan kohesi sosial dan membangun masyarakat yang damai, adil dan inklusif untuk semua.”
‘Literasi Iman’ harus memerangi kebencian berbasis agamaDi Jenewa, Volker Türk, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR), mengatakan segala bentuk kebencian dan intoleransi beragama tidak dapat diterima.
“Pesan hari ini mungkin lebih mendesak dari sebelumnya: kita semua sudah melewati waktu untuk memulihkan perdamaian, toleransi, dan rasa hormat,” dia berkata. “Kami tahu bahwa ketakutan melahirkan kebencian, ketidaktahuan, dan ketidakpercayaan terhadap orang lain.”
“Islamofobia telah mencuri banyak nyawa”, tidak manusiawi di seluruh komunitas dan memicu “aliran ujaran kebencian, yang diperbesar melalui media sosial”, ujarnya, mengutip sejumlah laporan mengenai “lonjakan besar” insiden Islamofobia di tengah konflik yang terjadi di Timur Tengah saat ini, dengan hampir 200.000 orang meninggal dunia. Peningkatan sebesar 600 persen terjadi di beberapa negara di Amerika Utara dan Eropa.
Negara-negara harus segera mencatat insiden-insiden tersebut meningkatkan upaya mereka untuk memerangi intoleransi terhadap orang-orang berdasarkan agama atau kepercayaan dengan menggunakan berbagai alat yang tersedia, termasuk panduan OHCHR untuk mengembangkan undang-undang anti-diskriminasi.
“Literasi iman – dengan kata lain, pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai masing-masing agama dan kepercayaan – juga penting,” kata Türk, dan mendesak negara-negara untuk memasukkannya sebagai bagian dari inisiatif pelatihan komprehensif untuk memerangi kebencian agama terhadap petugas penegak hukum dan lembaga peradilan, aktor berbasis agama, guru dan profesional media.
