Namun lahan tersebut, yang dilanda konflik dan penanaman yang tidak berkelanjutan, kini mengalami kesulitan untuk berproduksi. Dengan kurangnya infrastruktur dan terbatasnya akses pasar, petani seperti Marco Antonio Lopez beralih ke peternakan sapi untuk bertahan hidup.
Ledakan deforestasiIni berarti menebangi lebih banyak hutan. “Kami melakukan penebangan hutan seluas 15 atau 20 hektar dengan tangan kami sendiri untuk diambil ternak kami,” akunya, “bukan untuk menghancurkan keanekaragaman hayati, namun untuk menemukan cara untuk bertahan hidup.”
Mereka juga menyaksikan tanpa daya ketika para pendatang baru mengambil alih wilayah-wilayah terlantar dan menebangi hutan yang lebih luas lagi. “Mereka tidak peduli dengan penggundulan hutan seluas 700 hingga 1.000 hektar,” kata Sandra dengan nada muak. “Mereka akan memotong tepat di tengah gunung.”
Konsekuensinya menjadi sangat jelas: “Saat itulah kita mulai merasakan panas, menyadari perubahan iklim,” tambahnya.
Sistem silvopastoral di Amazon mengintegrasikan pepohonan dan semak belukar ke dalam padang rumput ternak. Hal ini meningkatkan penyimpanan karbon pada pepohonan dan tanah, mengurangi emisi gas rumah kaca dari peternakan dan pupuk, serta meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim.
Sandra dan Marco kini merindukan masa depan di mana mereka dapat meningkatkan kehidupan mereka sekaligus melindungi hutan, sebuah keinginan yang dimiliki oleh seluruh negeri.
Faktanya, Kolombia telah mencapai kemajuan signifikan dalam membatasi deforestasi. Negara ini menunjukkan bahwa, antara tahun 2015 dan 2016, laju deforestasi di Biome Amazon menurun secara signifikan, sehingga mencegah hampir tujuh juta ton emisi CO2.
