“Internasional jaringan kriminal telah menemukan tempat yang aman di Myanmar, yang kini menjadi produsen opium terbesar di dunia dan pusat global operasi penipuan dunia maya yang memperbudak puluhan ribu orang dan menjadikan korban tak terhitung banyaknya orang di seluruh dunia.”
Kekerasan harus dihentikanDia memperingatkan bahwa respons komunitas internasional terhadap perkembangan di negara Asia yang menggunakan upaya peredaan dan keterlibatan dengan junta tanpa syarat, tidak akan berhasil.
“Kesimpulan yang tidak dapat dielakkan” adalah bahwa agar keterlibatan ini berhasil, diperlukan beberapa prasyarat tertentu, terutama kekerasan yang harus dihentikan.
“Agar hal ini menjadi kenyataan, komunitas internasional harus melemahkan kampanye pembunuhan yang dilakukan junta menyangkal senjata dan uang yang dibutuhkan untuk melaksanakan kampanye ini,” dia berkata.
Andrews menyerukan “segera diadakannya” koalisi negara-negara untuk menetapkan sanksi yang terkoordinasi dan tepat sasaran guna melindungi rakyat Myanmar.
Warga dari berbagai etnis dan agama mengadakan aksi unjuk rasa di Yangon, Myanmar. (mengajukan)
Air pasang sedang berbalikSelain itu, ia menyoroti tiga langkah krusial yang harus segera dilakukan. Hal ini termasuk memastikan bantuan kemanusiaan menjangkau mereka yang sangat membutuhkan, mengakhiri impunitas atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, dan berinvestasi dalam transisi Myanmar.
“Saya mendesak dukungan bagi mereka yang membangun kerangka politik yang memberikan hak kepada masyarakat Myanmar yang kaya dan beragam, sekaligus menegaskan hak asasi manusia, kesetaraan dan keadilan sebagai jalan menuju perdamaian,” katanya.
“Keadaan di Myanmar sedang berbalik dan hal ini terjadi karena keberanian dan keuletan masyarakatnya. Sudah waktunya bagi komunitas internasional untuk menaruh perhatian pada Myanmar dan mengambil tindakan yang kuat dan terkoordinasi yang akan memungkinkan mereka memanfaatkan momen ini,” tutup Andrews.
Pakar hak asasi manusia independenDitunjuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia pada tahun 2020, Pelapor Khusus Tom Andrews ditugaskan untuk menilai, memantau dan melaporkan situasi hak asasi manusia di Myanmar secara tidak memihak.
Pelapor Khusus bertugas dalam kapasitasnya masing-masing, independen dari sistem PBB dan pemerintah nasional. Mereka bukan staf PBB dan tidak menerima gaji.
Mandat Pelapor Khusus mengenai situasi hak asasi manusia di Myanmar pertama kali ditetapkan pada tahun 1992 di bawah Komisi Hak Asasi Manusia dan diperpanjang setiap tahun.