Pada KTT Liga Arab, Guterres menyerukan gencatan senjata di Gaza dan persatuan regional

Aulanews.id – “Perang di Gaza adalah luka terbuka yang mengancam akan menulari seluruh wilayah,” katanya.

“Dari segi kecepatan dan skalanya, ini adalah konflik paling mematikan selama saya menjabat Sekretaris Jenderal – bagi warga sipil, pekerja bantuan, jurnalis, dan rekan-rekan kita di PBB.”

Dia menekankan bahwa tidak ada yang bisa membenarkan serangan teror keji yang dilakukan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, atau hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina.

Serangan Rafah ‘tidak dapat diterima’ Sekretaris Jenderal memperingatkan terhadap serangan terhadap Rafah, yang “tidak dapat diterima” karena “hal ini akan menimbulkan gelombang rasa sakit dan kesengsaraan ketika kita membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan jiwa.”

Dia juga menyuarakan keprihatinan atas ketegangan di Tepi Barat yang diduduki, menyoroti lonjakan pemukiman ilegal Israel, kekerasan pemukim dan penggunaan kekuatan berlebihan oleh Pasukan Pertahanan Israel, serta pembongkaran dan penggusuran.

“Satu-satunya cara permanen untuk mengakhiri siklus kekerasan dan ketidakstabilan adalah melalui solusi dua negara, Israel dan Palestina hidup berdampingan dalam perdamaian dan keamanan, dengan Yerusalem sebagai ibu kota kedua negara,” ujarnya.

“Karakter demografi dan sejarah Yerusalem harus dilestarikan, dan status quo di Situs Suci harus ditegakkan, sejalan dengan peran khusus Kerajaan Hashemite Yordania,” tambah Guterres.

Perdamaian untuk Sudan Beralih ke Sudan, Sekjen PBB mendesak masyarakat internasional untuk mengintensifkan upaya menuju perdamaian dan menyerukan pihak-pihak yang bertikai untuk menyetujui gencatan senjata yang langgeng.

Pertempuran lebih dari satu tahun antara tentara Sudan dan paramiliter saingannya yang dikenal sebagai Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah menimbulkan krisis kemanusiaan. Ribuan warga sipil telah terbunuh dan 18 juta orang menghadapi ancaman kelaparan.

Dia juga menyerukan untuk melindungi “proses politik yang rapuh di Libya dan Yaman”, dan mendorong rakyat Suriah untuk bersatu dalam semangat rekonsiliasi, menghormati keberagaman mereka dan menghormati hak asasi manusia bagi semua orang.

Reformasi sistem multilateral Guterres juga fokus pada krisis global serius lainnya, termasuk darurat iklim; meningkatnya kesenjangan, kemiskinan dan kelaparan; menghancurkan hutang; dan potensi serta bahaya teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI).

“Kita memerlukan reformasi mendalam pada sistem multilateral global – mulai dari Dewan Keamanan hingga arsitektur keuangan internasional – agar sistem tersebut benar-benar universal dan mewakili realitas saat ini,” tambahnya.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist