Hal senada diungkapkan Wakil Ketua PWNU Jatim KH Abdussalam Shohib. Menurut pria yang akrab disapa Gus Salam ini peran Bu Nyai Rodliyah sangat vital bagi pondok pesantren Al Falah hingga Ponpes ini menjadi besar seperti sekarang.
Gus Salam mengisahkan, Nyai Rodliyah yang tak lain cucu dari KH Mesir Durenan ini pernah berpesan kepada suaminya untuk fokus mengaji. “Dalam bahasa Indonesia kurang lebih begini: Sudah, njenengan (Anda) mengajar atau ngaji saja. Saya yang ngurusi uang saku (keuangan),” jelas kiai muda Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ma’arif Denanyar, Jombang tersebut.
Bu Nyai Rodliyah menikah dengan KH Ahmad Jadzuli pada 1930, atau lima tahun setelah Ponpes Al-Falah berdiri dalam bentuk madrasah yang pada awalnya tidak memiliki gedung, sehingga proses belajar mengajar bertempat di serambi masjid. “Ucapan tersebut dibuktikan oleh Bu Nyai Rodliyah. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, beliau memiliki usaha kecil-kecilan mulai berjualan sayur mayur di depan rumah, berdagang kain keliling desa dengan berjalan kaki sembari menggendong kain, dan membuka warung untuk kebutuhan santri,” tambah Gus Salam.
Tidak berhenti untuk mencari nafkah bagi keluarga, Bu Nyai Rodliyah juga aktif menata organisasi kepengurusan pondok, mengurus keuangan dan anggaran belanja. “Beliau bisa dibilang sosok multitasking (serba bisa); sebagai ibu rumah tangga, manager, bendahara hingga keamanan pondok,” jelas Gus Salam yang mengutip buku Nyai Rodliyah Djazuli – Ummul Ma’had Al-Falah Ploso Kediri. (Vin)