Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Kamis, Hamas menyalahkan Netanyahu atas kebuntuan yang sedang berlangsung dalam perundingan gencatan senjata dan menuduh pemimpin Israel itu ingin memperpanjang perang di Gaza.
“Keputusan Netanyahu untuk tidak menarik diri dari poros Salah al-Din [Koridor Philadelphia] bertujuan untuk menggagalkan tercapainya kesepakatan,” kata Hamas dalam pernyataan tersebut.
“Kami memperingatkan agar tidak jatuh ke dalam perangkap dan tipu daya Netanyahu, karena ia menggunakan negosiasi untuk memperpanjang agresi terhadap rakyat kami,” kata Hamas, seraya menambahkan bahwa Israel harus terikat pada kesepakatan yang disepakati awal tahun ini.
“Kami tidak memerlukan usulan baru. Yang diperlukan sekarang adalah menekan Netanyahu dan pemerintahannya serta mewajibkan mereka untuk mematuhi apa yang telah disepakati,” bunyi pernyataan tersebut.
Dalam pidatonya kepada wartawan pada hari Rabu, Netanyahu juga secara tidak benar mengklaim bahwa invasi darat Israel ke Rafah di Gaza selatan pada bulan Mei memaksa pembebasan pertama tawanan Israel yang ditahan oleh Hamas di Gaza.
Pembebasan yang dinegosiasikan itu, pada kenyataannya, terjadi beberapa bulan sebelumnya pada bulan November berdasarkan kesepakatan gencatan senjata selama seminggu yang disetujui antara Israel dan Hamas.
Gencatan senjata Israel-Hamas dimulai pada 24 November dan diperbarui dua kali. Berdasarkan perjanjian tersebut, pertempuran dihentikan dan bantuan kemanusiaan diizinkan memasuki Gaza karena Hamas membebaskan tawanan sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.
Pada akhir gencatan senjata enam hari pada tanggal 30 November, 105 tawanan telah dibebaskan oleh Hamas dan 240 tahanan Palestina telah dibebaskan oleh Israel.