Aulanews.id – Beragam cara hormat dalam memperingati Haul KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Dalam peringatan Haul ke 14 Gus Dur tahun ini, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf melakukan kunjungan ke Amerika Serikat untuk napak tilas misi Gus Dur.
Di tengah cuaca dingin yang menunjukkan suhu 4 derajat celcius di kota Salt Lake City, Utah, AS, Gus Yahya bertemu pemimpin The Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints (LDS), Pendeta Dallin H. Oaks, First Presidency Gereja LDS. Gus Yahya dan Pendeta Oaks melakukan pertemuan selama 30 menit. Dia menyerahkan buku Proceeding R20 kepada Pendeta Dallin Oaks. Sementara Pendeta Oaks menyerahkan cindera mata berupa miniatur Pohon Kehidupan (Tree of Life).
Pertemuan tersebut merupakan lanjutan dari rapat kerja selama 1,5 jam yang dilakukan sebelumnya di CAB West Board Room dipimpin oleh Elder Bednar. Dalam pertemuan tersebut Gus Yahya menyampaikan bahwa yang dilakukannya merupakan ikhtiar napak tilas perjalanan dan misi yang sebelumnya dilakukan oleh KH Abdurrahman Wahid, Ketum PBNU (1984-1998) dan Presiden Indonesia ke-4 (1999-2001).
“Kami murid-murid Gus Dur,” ucap Gus Yahya. Dia menyampaikan bahwa dirinya ingin merajut hubungan yang lebih baik dengan pimpinan Gereja LDS (atau acap disebut dengan Gereja Mormon) dalam membangun perdamaian. Tak lama setelah lengser dari kursi presiden, Gus Dur melakukan muhibah ke Salt Lake City dan bertemu dengan sejumlah pemimpinan Gereja LDS.
Dalam pertemuan tersebut, Gus Yahya juga menyampaikan gagasan dan tawaran kerja sama untuk menjadikan agama sebagai sumber inspirasi dalam menyelesaikan sejumlah isu global, sebagai kelanjutan dari agenda Religion Summit-20 (R20).
Gus Yahya juga mengajak para pemimpin Gereja LDS untuk membentuk poros kekuatan agama bagi perdamaian, termasuk dengan mendukung dan mengokohkan Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM).
Kunjungan Gus Yahya tersebut merupakan bagian dari rangkaian agenda di sejumlah kota di Amerika Serikat, termasuk menghadiri acara akademik yang diselenggarakan di Universitas Princeton di New Jersey.
Acara yang menghadirkan sejumlah tokoh akademik dan agama terkemuka di Amerika Serikat tersebut bertajuk, The Future of the Universal Declaration of Human Rights: Toward a Global Consensus that the UDHR Embodies a Civilizational Vision that the World,s Deiverse Peoples, Faiths and Nations Should Strive to Fulfil.