Sangat mudah untuk melupakan bagaimana Liverpool dipandang sebagai bahan lelucon dalam bursa transfer selama bertahun-tahun sebelum Edwards bergabung bersama The Reds dan memegang kendali.
Tak ada langkah penghematan dengan keputusannya membawa Mohamed Salah, di mana sebenarnya harganya jauh lebih murah daripada yang dibayarkan Manchester United ketika merekrut Donny van de Beek.
Ironisnya, penggelontoran dana pada tahun-tahun awal membuat John W. Henry, pemilik Liverpool, menarik keterlibatannya dalam hal perekrutan pemain.
Andy Carroll direkrut dengan 35 juta pound, sementara Steward Downing dan Jose Enrique mengikuti. Namun, bertahun-tahun kemudian Christian Benteke direkrut dengan harga 41 juta pound dan Nathaniel Clyne seharga 15 juta pound.
Michael Edwards membawa pendekatan baru, dari latar belakang sebagai talent scouting, dan dia mampu mengenali bakat dan juga bekerja sama dengan Klopp untuk memastikan para pemain akan cocok dengan sistemnya.
Ironisnya, Salah adalah ide Edwards, sementara manajer asal Jerman itu menginginkan Julian Brandt. Edwards berhasil dan langkahnya itu menjadi satu di antara langkah yang benar-benar hebat dalam sejarah modern Liverpool.
Setiap perekrutan setelah itu dinilai berdasarkan bagaimana para pemain akan berdampak kepada tim. Sesautu yang bisa diperhatikan oleh banyak klub. Namun, Liverpool tidak bisa mengambil risiko untuk kembali ke hari-hari di mana pengeluaran bisa menjadi keliru, terutama tidak dengan Klopp berada di pucuk pimpinan.
Kepergian Edwards mungkin terlihat sebagai seorang jenius yang meninggalkan Anfield. Namun, kepergiannya meninggalkan cetak biru yang sempurna mengenai bagaimana klub mencari penggantinya.