Pelatihan penulis kisah inpiratif ini menjadi bagian dari semangat KBRI Singapura memberikan peluang pelatihan bagi pekerja migran Indonesia di Singapura untuk menemukan potensi diri melalui menulis. ”Pekerja Migran Indonesia di Singapura punya banyak potensi, salah satunya sebagai penulis. Setidaknya belasan orang yang saya temui hingga sekarang tetap berkarya menulis puisi, cerpen, dan menerbitkan buku secara independen sambil menuntaskan tanggung jawab mereka sebagai pekerja domestik,” jelas atase pendidikan dan kebudayaan KBRI Singapura, IGAK Satrya Wibawa. Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi juga berupaya mendorong potensi talenta Indonesia melalui Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI) menyelenggarakan Festival Literasi Siswa Indonesia (FeLSI) sebagai upaya mewadahi pengembangan prestasi talenta peserta didik di bidang bahasa dan literasi. ”Misi serupa kami mulai kembangkan di Singapura, dengan memberikan pembinaan dan bantuan kepada pekerja migran Indonesia yang ingin membuat komunitas menulis,” jelas Satrya. Bentuk bantuan akan berupa penyediaan fasilitas pembelajaran, pelatihan hingga nantinya penerbitan buku karya pekerja migran Indonesia di Singapura. Komunitas penulis pun mulai didirikan untuk menampung talenta-talenta dalam penulisan tersebut. ”Ini akan membantu upaya pemerintah Indonesia menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi UNESCO yang sudah diinisiasi sejak tahun lalu,” tambah Satrya lagi. Dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta jiwa maka bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa resmi UNESCO menjadi sangat rasional. ”Kita akan dukung, salah satunya dengan memperbanyak sumber literasi berbahasa Indoenesia, termasuk nantinya dari pekerja migran Indonesia di Singapura ini,” tutur Satrya yang juga diminta menjadi salah satu tim penasehat Komunitas Penulis Indonesia di Singapura ini.