Aulanews.id – Ibu kota Rwanda telah mengonfirmasi enam kematian dan 20 kasus penyakit Marburg sejak awal epidemi, kata menteri kesehatan negara itu Sabin Nsanzimana pada Sabtu malam. Mayoritas korban adalah petugas kesehatan di unit perawatan intensif, kata Nsanzimana dalam pernyataan video yang diunggah di media X.
“Kami menghitung ada 20 orang yang terinfeksi, dan enam orang telah meninggal dunia karena virus ini. Sebagian besar kasus dan kematian terjadi di kalangan petugas kesehatan, terutama di unit perawatan intensif,” kata menteri kesehatan. dilansir dari reuters.com pada hari Senin (30/9/2024).
Penyakit Marburg, demam berdarah virus, dapat menyebabkan kematian pada beberapa pasien, dengan gejala termasuk sakit kepala parah, muntah-muntah, nyeri otot dan sakit perut, kata kementerian.
Menteri menambahkan, lembaga dan mitra tengah berupaya melacak mereka yang pernah melakukan kontak dengan pasien terjangkit virus tersebut.
Dengan tingkat kematian hingga 88%, Marburg berasal dari keluarga virus yang sama dengan virus penyebab Ebola dan ditularkan ke manusia dari kelelawar buah. Virus ini kemudian menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi.
Negara tetangga Tanzania memiliki kasus Marburg pada tahun 2023, sementara Uganda memiliki kasus serupa pada tahun 2017.