Aulanews.id – Badan PBB yang membantu pengungsi Palestina (UNRWA) terus menyediakan layanan kesehatan sebaik mungkin, namun tempat penampungan yang penuh sesak dan terbatasnya layanan sanitasi, ditambah dengan pengungsian paksa, menimbulkan risiko kesehatan yang parah, kata badan tersebut dalam sebuah postingan di X.
Selain itu, air bersih tidak terjangkau bagi banyak orang, dan masyarakat terpaksa membakar sampah untuk memasak, tambah Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
Operasi bantuan ‘hampir runtuh’Ada juga kekhawatiran serius bahwa operasi kemanusiaan di wilayah kantong tersebut “hampir gagal”.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) memperingatkan dalam sebuah buletin bahwa jika makanan dan pasokan kemanusiaan tidak masuk ke Gaza dalam “jumlah besar”, keputusasaan dan kelaparan akan menyebar.
“Terbatasnya fungsi penyeberangan perbatasan selatan, jalur utama untuk mendapatkan bantuan, berarti hal tersebut hampir tidak ada bahan bakar atau bantuan yang masuk ke wilayah Gaza. Saat ini tidak ada distribusi makanan yang dilakukan di selatan Gaza kecuali beberapa stok terbatas yang diberikan ke dapur komunitas untuk makanan hangat,” katanya.
Semua toko roti di Rafah telah tutup. Namun, hingga hari Rabu, badan tersebut masih mampu mendukung enam toko roti di Gaza tengah, empat di Kota Gaza, dan satu di Jabalia.
Simak di bawah ini informasi terkini mengenai situasi kemanusiaan di Gaza dari Shaza Moghraby, Petugas Komunikasi WFP:
Berbagai tuduhan penyiksaanPada hari Kamis juga, seorang pakar hak asasi manusia independen PBB mendesak Pemerintah Israel untuk menyelidiki berbagai tuduhan penyiksaan dan perlakuan merendahkan martabat lainnya terhadap warga Palestina yang ditahan sejak 7 Oktober tahun lalu.
Alice Jill Edwards, Pelapor Khusus bidang penyiksaan menekankan bahwa siapa pun yang dirampas kebebasannya harus selalu diperlakukan secara manusiawi.
“Mereka harus diberikan semua perlindungan yang diwajibkan berdasarkan hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional, apapun kondisi penahanan mereka”katanya dalam rilis berita.
Pakar yang ditunjuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia tersebut mengatakan bahwa dia telah menerima tuduhan mengenai individu yang dipukuli, ditahan di sel dengan mata tertutup dan diborgol dalam jangka waktu yang lama, dilarang tidur, dan diancam dengan kekerasan fisik dan seksual.
Laporan lain menunjukkan bahwa para tahanan telah dihina dan dijadikan sasaran tindakan penghinaan, seperti difoto dan difilmkan dalam pose yang merendahkan, sementara penggunaan borgol zip-tie dalam waktu lama dilaporkan menyebabkan cedera dan luka akibat gesekan.