Mengungkap Makam Mbah Taslim sebagai Asal Usul Jakatamu desa Jagalempeni Kecamatan Wanasari Kab Brebes

Menurut penuturan KH Mansur Tarsudi dengan sanad cerita dari Abahnya ( Al Magfurlah Kyai Tarsudi). Kyai Tarsudi mendapatkan kisah ini dari kakeknya dan bersambung sampa Syekh Abdurrahman yang makamnya di Jatirokeh. Syekh Abdurrahman adalah buyut yang menurunkan KH Mansur Tarsudi.

Konon ceritanya, Syekh Abdurrahman pernah berkunjung di rumah salah satu orang soleh pada saat zaman kompeni ( tidak jelas tahunnya, tapi saatnya kompeni sedang bercokol di wilayah nusantara). Zaman dulu sesama orang soleh sering bersilaturahmi bukan hanya karena ikatan pertalian darah ( geneologis), namun karena memiliki rasa nasionalisme yang sama sehingga sering bertemu salah satunya dalam rangka mengusir penjajah kompeni.

Saat Syekh Abdurrahman bertamu di rumah kediaman orang soleh tersebut yang menurut ceritanya bernama Mbah Taslim banyak anak muda yang berjaga di sekitar kediaman Mbah Taslim. Beliau tergolong tokoh agama yang taat beribadah. Dilihat dari namanya Mbah Taslim termasuk orang yang banyak memasrahkan hidupnya kepada Sang Pencipta. Sikap tawakal, zuhud dan qonaah menjadi prilaku keseharian.

Seluruh pemuda yang masih lajang berjaga selama Syekh Abdurrahman bertamu di rumah Mbah Taslim. Mereka tidak banyak tahu apa yang diperbincangkan antara Mbah Taslim dan Syekh Abdurrahman. Tugas mereka hanya menjaga tamu kehormatan ( Syekh Abdurrahman ) di rumah Mbah Taslim.

Namun demikian saat Syekh Abdurrahman memasuki kediaman Mbah Taslim tidak banyak orang yang tahu. Bahkan seorang pemudapun tidak tampak ketika awal Beliau masuk dirumah kediaman yang sangat sederhana. Ketika Syekh Abdurrahman selesai bertamu setelah keluar dari kediaman Mbah Taslim, ternyata sekitar rumah sudah berjajar pemuda yang berjaga.

Mereka masih lajang atau disebut jejaka. Jadi semua pemuda yang menjaga tamu ( Syekh Abdurrahman) masih perjaka atau lajang. Saat Beliau menyapa mereka dan bertanya, kamu semua siapa? Mereka menjawab, ” kami adalah pemuda perjaka yang menjaga tamunya Mbah Taslim”.

” Oh.. berarti kalian semua adalah yang menjaga tamu”, sambung Syekh Abdurrahman. Serentak para pemuda menjawab, “ya.. kami yang berjaga dan melindungi tamu agar tetap aman”. Berangkat dari percakapan antara Syekh Abdurrahman dan para pemuda yang menjaga tamu itulah kemudian muncul istilah ” Jakatamu ” .

Kalimat ” Jakatamu ” berasal dari dua kata, pertama ” Jaka ” dan kedua ” Tamu “. Dua kata tersebut dirangkai menjadi ” Jakatamu ” untuk nama pedukuhan bagian selatan dari desa Jagalempeni. Jadi perjaka ( lajang.) yang menjaga tamunya “Mbah Taslim” itulah akhirnya menjadi “kocap” atau nama.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist