Pada sore hari tanggal 25 Maret, kelompok bersenjata memasuki sekolah di pusat kota Port-au-Prince dan membakar 23 ruang kelas. Badan-badan bantuan mengutuk insiden tersebut.
Dalam insiden lain di lingkungan Port-au-Prince di La Saline, 3.500 anak terjebak di dua sekolah saat geng berkelahi di sekitar mereka. UNICEF terlibat dengan kelompok bersenjata selama empat hari sebelum mereka dapat menjamin pembebasan anak-anak tersebut dengan aman.
UNICEF telah mendesak semua pihak untuk melindungi siswa, pendidik, orang tua dan infrastruktur pendidikan sejalan dengan Deklarasi Sekolah Aman, sebuah komitmen politik global yang didukung oleh 119 negara, termasuk Haiti, untuk langkah-langkah perlindungan yang lebih baik dan dukungan untuk melanjutkan pendidikan selama konflik bersenjata.
Bruno Maes (tengah), perwakilan UNICEF di Haiti, mengunjungi sebuah sekolah di Artibonite.
Teror dan trauma “Situasinya sangat menyedihkan bagi anak-anak,” kata Maes dari UNICEF. “Anak-anak terbunuh, terluka, diperkosa, terlantar dan tidak diberi akses terhadap layanan dasar, termasuk sekolah,” seraya menambahkan bahwa mereka “teror dan trauma”, beberapa di antaranya setelah menyaksikan mayat-mayat yang dibakar di jalanan.
Di tengah bahaya yang sangat nyata, para orang tua “masih ingin menyekolahkan anak mereka”, katanya. “Pendidikan adalah jantung dari setiap keluarga Haiti; orang-orang sangat menghargainya.”
Ketika geng-geng terus memperluas kendali mereka atas jalan-jalan dan pelabuhan-pelabuhan penting, cengkeraman mereka meluas ke luar ibu kota dan ancaman terhadap keselamatan sekolah semakin meningkat.
Meskipun demikian, sebagian besar sekolah di luar wilayah Port-au-Prince dan Artibonite yang dikuasai geng masih berfungsi. Banyak dari mereka yang menerima anak-anak mereka yang melarikan diri karena kekerasan dan ketidakamanan, meskipun beberapa orang tua tidak mampu membayar biaya sekolah karena meningkatnya kemiskinan.
Anak-anak di Haiti menyantap makanan yang disediakan sebagai bagian dari program pemberian makanan di sekolah WFP.
Respon multipelBadan-badan PBB telah bekerja sama untuk menyediakan kebutuhan penting yang bisa menyelamatkan nyawa, seperti makanan, air dan tempat tinggal, kepada ribuan warga Haiti yang membutuhkan dan membantu mengembalikan anak-anak ke sekolah dengan menggunakan pendekatan baru.
Upaya yang dilakukan termasuk inisiatif Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) yang saat ini memberikan dukungan psikososial kepada siswa yang terpaksa putus sekolah akibat kekerasan tersebut, dan Program Pangan Dunia (WFP) mendukung makanan hangat untuk 250.000 anak di seluruh negeri.