Lalu apa kaitannya keduanya dengan korupsi? Listiyono menjelaskan, karena 2 gus ini juga merupakan sosok yang bersih dan anti-korupsi. Gus Dur diturunkan sebagai Presiden karena stigma terlibat Bruneigate dan Buloggate. Tapi sampai akhir hayatnya tidak pernah terbukti di pengadilan. “Rencananya penyelenggaraan seminar ini muaranya nanti pada penyelenggaraan Muskerwil dan Konferwil PWNU Jatim. Karena itu tema yang diangkat adalah menuju Konferwil PWNU Jatim yang berintegritas, bersih dan jujur” jelas Listiyono.
Dengan demikian seminar ini dimaksudkan menjadi semacam starting poin kita bahwa sebagai gerakan sipil, NU itu harus menjadi yang terdepan untuk membangun masyarakat sipil anti-korupsi. “NU kan lembaga keagamaan yang segala kegiatannya akan dilihat apakah sudah mencerminkan nilai-nilai agama. Lha wong yang subhat saja harus dijauhi masak korupsi yang jelas-jelas haram kok dilakukan. Kan logika mudahnya gitu,” terang Listiyono.
Selain itu, seminar juga sekaligus menjadi counter discourse terhadap pemberitaan tentang adanya oknum yang melakukan korupsi namun akhirnya menyeret organisasi NU karena yang bersangkutan adalah pengurus. “Acara ini sekaligus jadi counter discourse pemberitaan di luar kalo ada orang NU berbuat tidak bisa digeneralisasi bahwa organisasinya juga korup,” tegasnya.
Untuk lebih menunjukkan keseriusan bahwa NU adalah lembaga anti-korupsi, acara juga diisi dengan deklarasi dan penandatanganan pakta integritas di hadapan KPK. “Ini menunjukkan betapa NU punya komitmen serius. Sehingga nanti akan ada Pesantren NU anti-korupsi, Perguruan Tinggi NU anti-korupsi dan Lembaga Ma’arif NU anti-korupsi,” katanya. Ketiganya hanya representasi dari seluruh warga NU punya komitmen sama untuk melawan korupsi. Karena korupsi itu bukan budaya Indonesia sehingga harus dilawan. (Vin)