“Batik sebelumnya sudah lebih 10 tahun digunakan, dan ternyata belum sepenuhnya mewakili identitas Indonesia. Banyak yang belum mengenali seragam batik Indonesia. Karena itu, kami menyelenggarakan sayembara untuk batik baru,” ujarnya.
Hilman menjelaskan, seragam batik baru jemaah haji itu akan diproduksi dengan metode cap. Hal ini lantas melibatkan banyak pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang telah sesuai dengan standar Kemenag.
Dirinya memperkirakan, per jemaah membutuhkan 3 meter kain untuk satu batik. Dengan demikian, pelaku UMKM banyak dilibatkan dalam proses pembuatannya dan ini menjadi bentuk kepedulian terhadap mereka.