Kiai asal Kediri ini mencontohkan, hal itu harus dimulai dengan hal-hal terkecil semisal memfungsikan kantor dengan yang semestinya. “Punya kantor NU, tapi tidak pernah ngantor. Ayo, fungsikan kantor sebagai tempat koordinasi, konsolidasi, dan berkegiatan,” harapnya yang ditemui saat Kick Off 1 Abad NU yang dipusatkan di Gedung NU II, Jalan Musi Nomor 9 Sumberejo Sukodono Lumajang.
Kiai Fanandri menambahkan, selain kuatnya jamiyah kedigdayaan NU itu juga bergantung pada akidah dan amaliyah jamaah. Kolaborasi dua kekuatan struktural dan kultural inilah yang menjadi tolak ukur kekuatan NU. “Karena kadang jamaah kita tidak terlalu yakin kepada ideologi NU. Makanya, berkumpulnya kita malam ini dalam acara Kick Off 1 Abad NU, adalah ajakan agar warga NU dimanapun dan di tingkat apapun untuk bekerja sama bahu membahu meningkatkan stamina dan performa NU di abad kedua,” lanjutnya.
Sedangkan kebangkitan baru, kata Kiai Fanandri, tidak sama dengan baru bangkit. Alasan pertama perlunya kebangkitan baru ini adalah tantangan dan strategi dakwah yang terus berkembang harus diikuti NU akibat perubahan tatanan besar-besaran dalam dunia digital, kesehatan dan rantai pasok pangan global.
“Selain itu, kita diilhami spirit hadits Nabi yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dari jalur Abu Hurairah, yang artinya, sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini setiap 100 tahun orang yang memperbaharui agama mereka. Jadi, dalam usia 100 tahun ada spirit pembaharuan, maka itulah yang mengilhami untuk kebangkitan baru NU,” tegasnya.
Secara khusus, Kiai Fanandri menyoroti dunia digital. Menurutnya, NU sebagai organisasi terbesar harus bergerak di dunia maya dengan mengembangkan media sosial yang saat ini menjadi konsumsi utama generasi milenial. “Oleh karena itu, saya mendorong NU harus punya banyak akun, agar anak-anak muda kesasarnya ke akun kita. Makanya, rangkaian kegiatan yang diluncurkan PBNU ini intinya adalah strategi bagaimana memajukan NU dalam memasuki abad kedua,” tandasnya.(Vin)