Membaca, Realisasi Belajar Sepanjang hayat

Terkait operasionalisasi mencari ilmu sepanjang hayat, hal itu selaras dengan penegasan UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Bab I, pasal 1, ayat 10, yang secara gamblang membagi ruang jenjang penyelenggaraan pendidikan terdiri dari formal, nonformal, dan informal.

Secara detail pada ayat 11, mendefinisikan bila jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, menengan (pertama, atas serta kejuruan) dan tinggi (PT). Pada ayat 12, nonformal diartikan jalur pendidikan di luar formal yang dilaksanakan terstruktur dan berjenjang. Sedangkan ayat 13, menyebut informal sebagai jenjang pendidikan yang ada pada jalur keluarga dan masyarakat.

Jika demikian, hakikatnya mencari ilmu tidak terbatas pada jenjang “formal”. Ada jenjang nonformal dan informal yang juga perlu diketahui dan dimengerti perannya yakni sebagai etape kultural.

Artinya, kita tidak menjadi puas dengan telah belajar satu, dua disiplin ilmu. Kita tidak bangga dengan belajar dari satu sekolah ke sekolah berikutnya. Kita juga tidak berpuas diri dengan telah finish dari PT bergengsi. Melainkan, semangat belajar tersebut kuat, menyala- nyala melintasi ruang dan waktu hingga napas terakhir.

Hanya saja, fakta yang ada mencari ilmu masih sebatas jenjang formal. Sehingga ketika beralih mencari ilmu melalui jenjang nonformal dan informal selain diabaikan juga ada kesan “tidak penting”.

Asumsi seperti itu memang tidak bisa disalahkan. Hanya saja kita perlu banyak kembali kepada amanat Kanjeng Nabi Muhammad Saw, bila proses mencari ilmu itu sekali lagi tidak memiliki batas. Terlebih, hidup di dunia ini memerlukan banyak skill untuk melaluinya. Sehingga, kebahagian selama hidup di dunia bisa direngkuh. Bahkan, tak sebatas bahagia dunia saja. Kehidupan akhirat juga memerlukan ilmu agar terwujud juga bahagia yang hakiki.

Agar pengetahuan di dunia bisa diraih, membaca, dan sekali lagi membaca kudu membudaya pada diri. Setelah membudaya kepada diri, bisa kita lakukan perluasan kepada orang-orang terdekat (suami-istri, bapak-ibu, kakak-adik, saudara) untuk senantiasa mencintai aktivitas membaca.

Terhadap aktifitas diri yang sregep membaca sebagai misal, kita tidak perlu malu dikatakan “kutu buku” yang dalam KBBI online diartikan sebagai orang yang senang membaca dan menelaah buku di mana saja. Jikalau pun ada orang yang bertanya, kenapa kok selalu membaca? Dijawab saja secara logis dan sederhana, bila yang kita ketahui masih sedikit dari pada yang belum diketahui.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist