Dalam laporan mereka, para ilmuwan Universitas PBB menunjukkan bagaimana konsep “analog iklim” dapat dimanfaatkan untuk membuat proyeksi berbiaya rendah yang mudah dipahami. Berdasarkan konsep ini, mereka mencocokkan setiap kota AS yang diteliti dengan kota Amerika Utara lainnya yang iklimnya saat ini sesuai dengan perkiraan terbaik untuk iklim kota AS di masa mendatang.
Misalnya, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa iklim masa depan Kota New York paling mirip dengan iklim Jonesboro, Arkansas, kota di AS bagian selatan saat ini. Dengan memanfaatkan analog ini, para peneliti dapat menghilangkan kebutuhan akan model iklim yang kompleks, yang menghasilkan peningkatan tambahan dalam aksesibilitas pendekatan AI mereka.
Penggunaan analog ini merupakan pendekatan baru yang menyederhanakan proses dan dapat sangat membantu untuk studi dampak perubahan iklim lokal. “Analog mengurangi biaya komputasional dari proses penilaian dampak AI dan menghilangkan kebutuhan pengguna untuk memperoleh proyeksi iklim masa depan yang besar dan kompleks. Ini merupakan cara yang ideal bagi negara, kawasan, dan kota untuk meminimalkan biaya dan upaya ketika mereka tidak memiliki keahlian dan kapasitas untuk simulasi iklim,” kata Dr. Obringer. Dilansir oleh phys.org pada hari jum’at (06.09.2024)
Para penulis memberikan beberapa rekomendasi untuk memperluas penggunaan AI dalam penilaian dampak perubahan iklim, termasuk pengembangan layanan berbasis web dan cloud yang dapat sangat berguna di belahan bumi selatan. Namun, laporan tersebut memperingatkan bahwa AI bergantung pada data berkualitas tinggi yang tersedia dengan mudah—yang menjadi masalah di banyak bagian dunia.