Karena, apa yang dilakukan mahasiswa, bukan semata-mata pilihan yang tanpa latar belakang kuat mengapa sampai si mahasiswa berbut. Tetapi, ada penyebab lain sehingga ia mengambil keputusan itu dalam berbuat.
Hasil wawancara mendalam yang penulis lakukan, selaras dengan hipotesis awal. Yakni, si mahasiswa berdasarkan hasil wawancara, sedang diamanati sebagai pengurus pondok. Sebagaimana diketahui, pengurus pondok berarti hampir 24 jam ngurusi santri-santri mulai dari belajar, ibadah, maupun jenis kegiatan pondok lainnya. Apalagi sebagai santri, rasa takdzim kepada kiai itu tinggi.
Pada posisi ini, penulis yang awalnya ingin memarahi mahasiswa berubah haluan. Mengapa? Penulis menghargai perspektif si mahasiswa kenapa sampai melahirkan perbuatan banyak bolos dari ruang perkuliahan. Oleh sebab, rasa bertanggung jawab terhadap amanat yang diberikan kiai kepada si mahasiswa, yang si mahasiswa tidak ingin membuat kecewa. Terlebih, selain memiliki peran penting di pondok, si mahasiswa tersebut juga menjadi guru konseling khusus untuk siswa laki-laki.
Sampai di sini, penulis menjadi tahu. Inilah alasan mengapa si mahasiswa sampai banyak bolos kuliah. Pada posisi ini, sebagai dosen tentu sisi kemanusiaan perlu dijadikan pijakan untuk mengambil langkah tepat. Artinya, alasan humanis mahasiswa kita terima untuk kemudian bisa dilakukan penyadaran diri.
Kemudian pada tahap penyadaran diri, penulis menegaskan kepada mahasiswa bila hakikat perkuliahan itu bukan sekadar mencari nilai. Kalau sekadar nilai, bisa saja diberikan seketika. Hanya saja, hal itu tidak etis dan tidak bisa memberi kesadaran, bila si mahasiswa juga perlu memiliki tanggung jawab melewati setiap perkuliahan mata kuliah yang diambil.