Sampai di sini, penulis menjadi tahu. Inilah alasan mengapa si mahasiswa sampai banyak bolos kuliah. Pada posisi ini, sebagai dosen tentu sisi kemanusiaan perlu dijadikan pijakan untuk mengambil langkah tepat. Artinya, alasan humanis mahasiswa kita terima untuk kemudian bisa dilakukan penyadaran diri.
Kemudian pada tahap penyadaran diri, penulis menegaskan kepada mahasiswa bila hakikat perkuliahan itu bukan sekadar mencari nilai. Kalau sekadar nilai, bisa saja diberikan seketika. Hanya saja, hal itu tidak etis dan tidak bisa memberi kesadaran, bila si mahasiswa juga perlu memiliki tanggung jawab melewati setiap perkuliahan mata kuliah yang diambil.
Kala menyadarkan si mahasiswa, penulis tidak lupa menjelaskan hakikat manfaat yang didapatkan saat ikut perkuliahan.
Pertama, pengetahuan. Hal utama, jelas pengetahuan mata kuliah yang diambil akan didapatkan. Hal itu menurut Yoga Pratama (2018:7) dalam bukunya “A-Z Seputar Perkuliahan” oleh karena selama perkuliahan, banyak materi perkuliahan yang didapat oleh si mahasiswa hasil diskusi maupun paparan dosen.
Kedua, skill berkolaborasi. Apa yang dimaksud? Dalam merampungkan tugas-tugas perkuliahan pembuatan makalah kelompok sebagai misal, secara eksplisit memberi pelajaran si mahasiswa agar bisa memiliki keterampilan berkolaborasi (kerja sama untuk membuat sesuai) dengan sesama teman mahasiswa lainnya.
Dalam hal ini, si mahasiswa bisa saling ikut berkontribusi mulai dari mencari literatur, kemudian merampungkan sub pokok bahasan dalam makalah, hingga mengetik, melakukan editing, menggadakan, serta menyiapkan ppt untuk bahan presentasi.
Ketiga, memperluas persaudaraan. Perlu diingat, ruang perkuliahan bukan sekadar pertemuan formal yang tanpa ada kelanjutan. Karena hakikanya, dosen dan si mahasiswa bisa bertemu dalam ruang non formal. Entah itu di jalan, pertokoan, objek wisata, serta tempat-tempat lainnya yang itu memunculkan rasa persaudaraan di mana pun dan kapan pun.
Bila kemudian si mahasiswa tidak menyadari manfaat persaudaraan dari perkuliahan yang dilakukan, tentu itu sebuah kerugian tersendiri. Terlebih, meminjam bahasa Dr. Hammudah Abdalati (1981:44) dalam bukunya “Islam dalam Sorotan” menegaskan, bila persaudaraan menjadi eleman dasar (fundamental) dalam sistem nilai Islam.
Masih menurut beliau bila status sosial, keunggulan bangsa dan perbedaan ras tidaklah penting. Karena menurut Allah Swt, semua manusia sama dan bersaudara. Bila kemudian si mahasiswa tidak mau menyadari hal itu, tentu ia akan tertinggal dengan sesama teman mahasiswa lainnya dalam menyelesaikan perkuliahan.