Aulanews Opini Meluruskan Orientasi Kuliah Mahasiswa

Meluruskan Orientasi Kuliah Mahasiswa

Aulanews.id – BILA ada mahasiswa jarang masuk perkuliahan, lalu tiba-tiba minta kebijaksanaan dosen agar mendapat nilai, ini menarik untuk dicermati.

Fenomena sebagaimana penulis uraikan dilead tulisan yang pembaca baca ini, wujudnya ada. Bahkan bila mau ditelusuri, masih terdapat banyak ragamnya. Dari kacamata dosen, apa yang diperbuat oleh mahasiswa jelas tidak patut. Yakni, meminta ganti tugas sebagai penebus absennya mahasiswa dalam batas pertemuan yang sudah ditentukan dalam kontrak perkuliahan.

Advertisement

Ad

Advertisement

Sebaliknya perspektif mahasiswa, usaha untuk meminta kebijaksanaan (wisdom) atas pertemuan yang entah sengaja-tidak dilakukan, sehingga terakumulasi banyak absen dalam perkuliahan, juga sah dilakukan. Lalu, bagaimana dosen menyikapi persoalan seperti ini?

Bagi penulis, langkah bijaknya bisa dimulai dari menelusuri mengapa mahasiswa melakukan hal itu. Yakni, si mahasiswa minta kebijaksanaan atas kuantitas absen selama perkuliahan agar bisa mendapatkan nilai.

Sebagai gambaran nyata, penulis coba mengundang si mahasiswa untuk datang ke kampus. Lalu apa yang penulis lakukan? Penulis gali mulai dari latar belakang mahasiswa mengapa melakukan hal itu.

Mudahnya, penulis menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur dan mendalam, meminjam bahasa Prof. Dr. Sugiyono (2016:140) dalam bukunya “Metode Penelitian: Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D” untuk mengetahui motif tersembunyi sehingga si mahasiswa melakukan hal itu.

Bicara apa yang penulis lakukan, tentu seakan-akan bagian dari pemborosan waktu. Hanya saja, ada cara pandang lain yang ingin penulis sampaikan kepada khayalak pendidik -tanpa bermaksud menggurui- bila mencari tahu mengapa si mahasiswa melakukan hal itu, juga perlu didengarkan secara seksama.

Karena, apa yang dilakukan mahasiswa, bukan semata-mata pilihan yang tanpa latar belakang kuat mengapa sampai si mahasiswa berbut. Tetapi, ada penyebab lain sehingga ia mengambil keputusan itu dalam berbuat.

Hasil wawancara mendalam yang penulis lakukan, selaras dengan hipotesis awal. Yakni, si mahasiswa berdasarkan hasil wawancara, sedang diamanati sebagai pengurus pondok. Sebagaimana diketahui, pengurus pondok berarti hampir 24 jam ngurusi santri-santri mulai dari belajar, ibadah, maupun jenis kegiatan pondok lainnya. Apalagi sebagai santri, rasa takdzim kepada kiai itu tinggi.

Baca Juga:  Kala Gus Dur Prihatin Praktik Demokrasi Seolah-olah

Pada posisi ini, penulis yang awalnya ingin memarahi mahasiswa berubah haluan. Mengapa? Penulis menghargai perspektif si mahasiswa kenapa sampai melahirkan perbuatan banyak bolos dari ruang perkuliahan. Oleh sebab, rasa bertanggung jawab terhadap amanat yang diberikan kiai kepada si mahasiswa, yang si mahasiswa tidak ingin membuat kecewa. Terlebih, selain memiliki peran penting di pondok, si mahasiswa tersebut juga menjadi guru konseling khusus untuk siswa laki-laki.

Sampai di sini, penulis menjadi tahu. Inilah alasan mengapa si mahasiswa sampai banyak bolos kuliah. Pada posisi ini, sebagai dosen tentu sisi kemanusiaan perlu dijadikan pijakan untuk mengambil langkah tepat. Artinya, alasan humanis mahasiswa kita terima untuk kemudian bisa dilakukan penyadaran diri.

Kemudian pada tahap penyadaran diri, penulis menegaskan kepada mahasiswa bila hakikat perkuliahan itu bukan sekadar mencari nilai. Kalau sekadar nilai, bisa saja diberikan seketika. Hanya saja, hal itu tidak etis dan tidak bisa memberi kesadaran, bila si mahasiswa juga perlu memiliki tanggung jawab melewati setiap perkuliahan mata kuliah yang diambil.

Kala menyadarkan si mahasiswa, penulis tidak lupa menjelaskan hakikat manfaat yang didapatkan saat ikut perkuliahan.

Pertama, pengetahuan. Hal utama, jelas pengetahuan mata kuliah yang diambil akan didapatkan. Hal itu menurut Yoga Pratama (2018:7) dalam bukunya “A-Z Seputar Perkuliahan” oleh karena selama perkuliahan, banyak materi perkuliahan yang didapat oleh si mahasiswa hasil diskusi maupun paparan dosen.

Kedua, skill berkolaborasi. Apa yang dimaksud? Dalam merampungkan tugas-tugas perkuliahan pembuatan makalah kelompok sebagai misal, secara eksplisit memberi pelajaran si mahasiswa agar bisa memiliki keterampilan berkolaborasi (kerja sama untuk membuat sesuai) dengan sesama teman mahasiswa lainnya.

Baca Juga:  Jasa Raharja Pastikan Besaran Santunan 20 Juta-50 juta Kepada Korban Laka Maut Bus Sumber Rahayu dan Bus Eka

Dalam hal ini, si mahasiswa bisa saling ikut berkontribusi mulai dari mencari literatur, kemudian merampungkan sub pokok bahasan dalam makalah, hingga mengetik, melakukan editing, menggadakan, serta menyiapkan ppt untuk bahan presentasi.

Ketiga, memperluas persaudaraan. Perlu diingat, ruang perkuliahan bukan sekadar pertemuan formal yang tanpa ada kelanjutan. Karena hakikanya, dosen dan si mahasiswa bisa bertemu dalam ruang non formal. Entah itu di jalan, pertokoan, objek wisata, serta tempat-tempat lainnya yang itu memunculkan rasa persaudaraan di mana pun dan kapan pun.

Bila kemudian si mahasiswa tidak menyadari manfaat persaudaraan dari perkuliahan yang dilakukan, tentu itu sebuah kerugian tersendiri. Terlebih, meminjam bahasa Dr. Hammudah Abdalati (1981:44) dalam bukunya “Islam dalam Sorotan” menegaskan, bila persaudaraan menjadi eleman dasar (fundamental) dalam sistem nilai Islam.

Masih menurut beliau bila status sosial, keunggulan bangsa dan perbedaan ras tidaklah penting. Karena menurut Allah Swt, semua manusia sama dan bersaudara. Bila kemudian si mahasiswa tidak mau menyadari hal itu, tentu ia akan tertinggal dengan sesama teman mahasiswa lainnya dalam menyelesaikan perkuliahan.

Akhirnya, sebagai langkah bijak yang penulis berikan kepada si mahasiswa, ada tugas tambahan yang diberikan untuk acuan menambal beberapa kehadiran. Sehingga, ambang batas minimum si mahasiswa hadir bisa terpenuhi, hingga kemudian bisa meraih angka lulus walau tidak setinggi mahasiswa lain yang full hadir.

Secuil pikiran ini semoga ada manfaatnya.

 </p>

* Penulis adalah Dosen Prodi PAI Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri, dan Pengurus PAC ISNU Balen, Bojonegoro.

Berita Terkait

Apa Itu Kurikulum Cinta? Simak Penjelasannya Disini!

Dua Mahasiswa Barnard College Dikeluarkan akibat Demonstrasi Pro-Palestina

Konten Promosi

Terkini

Siaran Langsung

Infografis

Sosial