Aulanews.id – Pemerintah pun mendorong warga Indonesia untuk menciptakan dan menangkap peluang bisnis yang ada. Salah satunya, peluang bisnis stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). PDB Indonesia tahun ini akan meningkat 4,4 persen setelah terkontraksi 2,1 persen pada 2020.
Pertumbuhan PDB pun akan berlanjut pada dua tahun berikutnya, yakni mencapai 5 persen pada 2022 dan 5,1 persen tahun 2023. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mencatat, rasio kewirausahaan di Tanah Air pada 2020 masih berada di kisaran 3,47 persen. Angka tersebut masih kalah dibandingkan Thailand dengan rasio 4,26 persen, Malaysia 4,74 persen, dan Singapura 8,76 persen.
Pemerintah pun mendorong warga Indonesia untuk menciptakan dan menangkap peluang bisnis yang ada. Salah satunya, peluang bisnis stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor bertambah sebanyak 7.108.236 unit pada 2019 atau 5,3 persen menjadi 133.617.012 unit dari 2018.
Dalam hal ini, pelaku usaha juga perlu tahu dampak lain yang disebabkan dari pengoperasian bahan bakar. Salah satunya dampak terhadap udara. Terlebih, kesadaran konsumen terkait hal tersebut sudah mulai meningkat.
Mereka juga memiliki strategi untuk melakukan dekarbonisasi dan diversifikasi ke berbagai bentuk energi, seperti energi terbarukan, biofuel, dan hidrogen. Sebagai salah satu langkahnya, bp telah memiliki teknologi ACTIVE pada BBM yang diproduksi. Teknologi ACTIVE dapat membantu melindungi mesin mobil dan sepeda motor terhadap penumpukan kotoran dan membantu mempertahankan performa kendaraan.
Sebagai informasi, SPBU bp menyediakan empat jenis produk BBM, yakni BP 90, BP 92, BP 95, dan BP diesel. Keempat jenis produk BBM tersebut dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen.