Aulanews.id – Seperti diketahui bahwa mayoritas umat muslim di Indonesia adalah warga NU atau Nahdliyin. Hanya saja, di dunia maya atau media sosial tidak tampak sebagaimana hasil survei dan hasil penelitian melalui kanal Islam. Oleh karena itu, dakwah di medsos perlu dimaksimalkan dengan Islam moderat. Bila sebaliknya, bukan tidak mungkin pengetahuan warga diisi oleh Islam ekstrem.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Savic Ali pada acara Silaturahim-Konsolidasi Penulis NU/Pesantren yang dihelat oleh Lembaga Ta’lif wan-Nasyr (LTN) PBNU di Surakarta, Jawa Tengah, Senin-Rabu (05-07/12/2022).
“Pembacanya cukup banyak. Konten-konten di kanal YouTube-nya diisi oleh beberapa tokoh-tokoh tertentu. Subscriber-nya ratusan ribu. Tidak hanya 1 atau 2 tokoh saja, setiap tokoh subscribe-nya sampai 600-an lebih. Sedangkan Instagram mereka, diikuti oleh dua jutaan lebih,” ujarnya menyampaikan fakta.
Berangkat dari fenomena ini, lanjut dia, meningkatnya gerakan kelompok Salafi Wahabi di media daring, menjadi tantangan dan wajib disikapi secara serius dengan membangun strategi agar situasinya tidak berlarut-larut. “Syiar Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah tak hanya dilakukan dari panggung ke panggung. Melainkan gerakan media di masing-masing daerah harus masif, sehingga dijadikan referensi dan rujukan oleh umat Islam,” pintanya.
Menurut kacamatanya, dunia maya akan memberikan banyak perubahan. Tak hanya di bidang dakwah saja, tetapi dunia bisnis semakin meningkat. Berbeda dengan media cetak, yang keberadaannya mulai berat sebelah. Oleh karenanya, Savic Ali meyakini bahwa kiai-kiai muda NU melek internet. Tak hanya itu, ia mengajak kepada seluruh pengurus LTNNU di semua tingkatan untuk mencari strategi guna mempopulerkan ulama-ulama NU di dunia maya.