Aulanews.id – Presiden Direktur PT Martina Berto Tbk Bryan Tilaar memproyeksikan pada tahun ini perseroan bisa mencatatkan laba bersih sebesar Rp 87 miliar dan laba sebelum pajak sebesar Rp 71 miliar atau tertinggi dalam sejarah perseroan. Perseroan juga diproyeksikan bisa mencatatkan return on capital employed (ROCE) 14,53%, return on assets (ROA) 8,51%, dan return on equity (ROE) 13,70%.
Pertumbuhan penjualan 20% di tahun ini dengan menyiapkan strategi multidistributor. Pada 2020 tertekannya segmen pasar produk-produk kosmetik membuat penjualan turun jadi Rp 297 miliar, atau ambles dari penjualan Rp 537 miliar di tahun 2019.
“Ini dapat meningkatkan pertumbuhan net sales sebesar 20% dibanding tahun lalu dengan menerapkan beberapa langkah strategi antara lain adaptif, fokus pada digital channel, peremajaan desasin kemasan, perbaikan laba, pengembangan distribusi, perbaikan supply chain dan cash flow,” katanya dalam paparan publik Martina Berto, Kamis (26/8/2201).
Kontribusi penjualan dari kanal online juga diharapkan dapat meningkat menjadi 7% terhadap total pendapatan.
Untuk menggenjot kinerja, emiten yang bergerak dalam bidang pembuatan dan perdagangan jamu tradisional dan produk kosmetik tersebut menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 14 miliar. Dananya untuk pengembangan fasilitas manufaktur dan laboratorium, serta teknologi informasi. Dana itu tidak termasuk untuk anggaran promosi. “Semester I belum banyak yang digelontorkan karena ada pembenahan, akan lebih banyak di semester II sehingga kinerja di semester II bisa lari lebih kencang dan realisasi kinerja jauh lebih baik daripada 2020,” ujar Bryan.
Sebelumnya, untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis dan memperkuat penetrasi produk-produknya di channel modern trade key account, Martina Berto menjalin kerja sama dengan PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA). Pada tahap awal, kerja sama strategis antara MBTO dan TGKA ini akan berlangsung selama 2 tahun.