Aulanews.id – Akhir-akhir ini marak sekali terjadi kasus bullying pada anak. Kasus bullying pada anak ini terjadi mulai dari bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Tidak jarang ditemukan pula korban mengalami luka serius.
Menurut Konsultan Psikiater Anak dan Remaja Dr Dian Widyastuti Vietara SpKJ(K), Generasi Z dan Alpha merupakan anak yang lahir dan tumbuh di era digital, generasi tanpa batas atau boundary less generation yang memiliki kemudahan dalam berkomunikasi dengan memanfatkan internet di seluruh dunia.
Akses ini biasanya tanpa filter, seringkali absen dalam pendampingan orang tua sehingga mereka menjadi generasi yang rawan menjadi pelaku bullying, korban, ataupun keduanya.
“Di samping itu, parenting orang tua yang abai atau tidak adekuat sehingga terdapat lakuna dalam nilai-nilai moral, spiritual, ditanamkan oleh orang tuanya,” ujar psikiater di RSKD Duren Sawit, Jakarta Timur.
Menurut psikiater yang yang merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, fase anak-anak dan remaja ini mudah terpengaruh oleh hal-hal yang baru, termasuk dari akses internet. Mereka sedang dalam tahap pencarian identitas, apapun dilakukan untuk aktualisasi diri.
“Semua faktor ini saling menguatkan. Tapi bila pola asuh dan role model yang baik, maka anak-anak punya perisai untuk membedakan mana yang baik dan buruk, dikategorikan sebagai conduct disorder, bahasa awamnya adalah kenakalan anak-anak yang menjurus nanti menjadi personality yang antisosial yang sering bersinggungan dengan kasus hukum dan kriminal,” papar pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta itu.
Dian pun menyarankan sekolah harus memiliki aturan antiperundungan yang tegas. Bullying tidak hanya fisik tapi juga verbal, diisolasi secara sosial, seksual, dan cyberbullying. Baik peer maupun guru harus fair dalam menilai masalah, asesmen harus komprehensif. Libatkan selalu orang tua bila ada keluhan dari siswa.
“Pencegahan tetap dimulai dari keluarga, bagaimana orang tua mengajarkan cara melindungi diri, membina relasi yang baik dengan teman, saling peduli dan berempati, serta kecakapan hidup lainnya. Pelajaran ini lebih penting diajarkan sekolah saat TK, Paud, daripada anak-anak diajarkan calistung di usia dini,” tegasnya.