Glukosa kemudian dicampurkan dengan lumpur Sidoarjo untuk kemudian diumpankan sebagai makanan bakteri Shewanella Oneidensis MR-1 di dalam elektroda untuk menghasilkan elektron. Selanjutnya electron ditransmisikan dari anoda ke katoda yang keduanya berbahan carbon cloth twill melalui bahan konduktor resistor. “Lumpur Sidoarjo yang kerap dianggap sebagai masalah ini mengandung mikroorganisme yang berperan penting dalam proses transfer elektron dalam MFC,” ungkap mahasiswi angkatan 2021 ini.
Fara menambahkan, semakin banyak glukosa yang digunakan maka arus listrik yang ditimbulkan akan semakin besar. Hal ini terjadi karena metabolisme bakteri dalam larutan dengan lebih banyak glukosa akan lebih cepat dan pertumbuhan bakteri yang cepat membuat jumlah arus yang lebih besar. “Daya sebesar 8.515,351 miliwatt dapat dihasilkan dari pemrosesan 11.362 gram glukosa,” lanjut gadis kelahiran Mei 2003 ini.
Dengan bimbingan dari Dr Eng Raden Darmawan ST MT, inovasi ini telah berhasil meraih medali perunggu pada kategori Energy di kompetisi Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA), beberapa waktu lalu.
Fara bersama keempat rekannya yaitu Akbar Krisna Wandana (Departemen Teknik Instrumentasi), Cherish Global Etnic (Departemen Teknik Kimia), Dwi Mayasari (Departemen Teknik Kimia), dan Ramadhita Putra Purnomo (Departemen Teknik Kimia), berharap inovasi ini dapat diteliti lebih lanjut dengan variabel percobaan yang lebih bervariasi. “Harapannya produk ini dapat diimplemantasikan sebagai produk nyata mengatasi permasalahan limbah dan elektrifikasi ramah lingkungan di Indonesia,” pungkasnya berharap. (HUMAS ITS)