Aulanews.id – Dalam empat bulan pertama tahun 2024, lebih dari 30.000 anak melintasi kawasan hutan lebat yang memisahkan Kolombia dan Panama, yang merupakan peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di antara mereka, sekitar 2.000 orang tidak didampingi atau terpisah dari keluarga mereka.
Selain itu, data menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang transit meningkat lima kali lebih cepat dibandingkan jumlah orang dewasa.
Tidak ada tempat untuk anak-anak“Darién Gap bukanlah tempat untuk anak-anak. Banyak anak meninggal dalam perjalanan yang sulit dan berbahaya ini. Perempuan telah melahirkan dalam perjalanan, membawa kehidupan baru ke dunia dalam situasi yang paling menantang. Banyak dari mereka yang selamat dalam perjalanan tiba dalam keadaan sakit, lapar, dan dehidrasi, seringkali dengan luka atau infeksi dan sangat membutuhkan bantuan,” kata Ted Chaiban, Wakil Direktur Eksekutif UNICEF.
Namun karena seperlima dari jumlah migran adalah anak-anak, kehadiran dan respons UNICEF menjadi lebih penting dari sebelumnya, tegasnya.
“Pendanaan yang memadai sangat penting agar kami dapat membantu anak-anak, tidak peduli negara asal atau tujuan mereka.”
Berdasarkan tren saat ini, diperkirakan 800.000 orang, termasuk 160.000 anak-anak dan remaja, dapat melintasi hutan pada tahun 2024. Para migran ini kemungkinan besar akan memerlukan bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar karena kondisi ekstrem yang dihadapi selama perjalanan.
Cerita-cerita yang mengerikanSekembalinya dari kunjungan ke komunitas Bajo Chiquito di Panama, Bapak Chaiban menceritakan kisah-kisah mengerikan yang ia dengar dari anak-anak yang melakukan perjalanan tersebut.
