Long Covid-19 dan Bekerja Kembali

Contoh lain, seorang pekerja dengan tuntutan keterlibatan dalam pengambilan keputusan strategis dalam tugasnya. Sementara itu, di sisi lain, ia mengalami keluhan covid-19 berupa penurunan fungsi kognitif dan kesulitan berkonsentrasi. Meski kondisi kesehatannya secara umum baik, karena tuntutan pekerjaan, pekerja ini dipertimbangkan belum laik untuk kembali melakukan pekerjaannya.

Dari kedua contoh di atas, dapat kita lihat bahwa komunikasi dan kerja sama yang baik antara individu pekerja, manajemen, dan dokter pemeriksa diperlukan dalam penentuan kelaikan kerja ini. Individu berhak menyampaikan keluhan kesehatannya kepada dokter pemeriksa. Begitu pula manajemen, berhak menyampaikan tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan pekerja itu kepada dokter pemeriksa. Jadi, dokter pemeriksa akan menjembatani kondisi yang dihadapi berupa pemberian rekomendasi bagi kedua belah pihak.

Parameter kelaikan

Terkait dengan long covid-19 syndrome, banyak isu yang harus diselisik, sebelum mengizinkan pekerja masuk kerja kembali. Salah satunya bahwa meskipun pekerja penyintas covid-19-19 telah dinyatakan sembuh dari covid-19 dan hasil tes usap PCR negatif, pada pekerja yang masih memiliki keluhan klinis yang berkepanjangan, hasil tes PCR saja belum cukup untuk dijadikan parameter kelaikan seseorang untuk kembali ke dunia kerja.

Dari rekomendasi yang diberikan CDC di atas, kita bisa melihat bahwa perbaikan gejala klinis menjadi salah satu syarat penentuan waktu yang tepat untuk kembali bekerja bagi penyintas covid-19. Artinya, pada individu yang mengalami long covid-19 syndrome, yakni gejala seperti nyeri kepala, rasa cepat lelah, napas yang pendek, nyeri otot, gangguan fungsi kognitif yang menetap hingga berbulan-bulan lamanya, memerlukan perhatian tersendiri.

Pekerja dengan long covid-19 syndrome baru dapat kembali bekerja jika mampu memenuhi tuntutan pekerjaannya dengan kondisi kesehatannya saat ini, tanpa risiko yang membahayakan kondisi kesehatannya maupun rekan kerja dan lingkungan kerjanya. Sejatinya long covid-19 syndrome merupakan kondisi reversible, selama tidak ada kelainan organik. Tetap semangat dan tetap produktif bagi penyintas covid-19.

Palupi Agustina Djayadi Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi, Pengurus Perdoki Jabar

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist