Aulanews.id – Pesantren Al-Ittihad terus mengalami perkembangan masih eksis sampai ini. Para santri dari luar daerah terus berdatangan untuk menimba ilmu, bahkan pesantren yang beralamatkan dusun Poncol saat ini dilengkapi pendidikan formal dan non formal dengan fasilitas yang memadai.
Bersama sejumlah pesantren lainnya, Pesantren Al-Ittihad memperoleh penghargaan anugerah pesantren berusia 1 abad yang dihelat oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Komplek Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta pada Selasa (31/1/2023) lalu.
Pesantren Al-Ittihad di Dusun Poncol, Desa Popongan, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang didirikan oleh seorang alim bernama KH Misbah dilahirkan di Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.
KH Misbah adalah putra dari K Raden Mertodito dan ibu yang bernama Nyai Asiyah, keturunan orang yang memperhatikan agama Islam. Dengan istri pertamanya Kiai Misbah tidak dikaruniai putra, kemudian sepakat untuk furqoh (bercerai). Kemudian Kiai Misbah menikah yang kedua kalinya dengan gadis dari Kauman Lor Pabelan Salatiga, namun setelah dikaruniai dua putra (Ikrom dan Askirom) tidak ada kecocokan kemudian furqoh.
Setelah itu, istri keduanya memohon agar Mbah Misbah untuk menikah dengan adiknya yang bernama Aisyah, dan mereka sanggup untuk menjadi khodimnya. Sejak pernikahan dengan Aisyah, Kiai Misbah pindah ke Padaan, Pabelan dan pada tahun 1810 lahir putra yang pertama yang diberi nama Umar (Hasan Asy’ari).
Tidak lama kemudian pindah ke Ngawi, di Ngawi lahir dua putra (Toyib dan Marzuqi) dan satu putri (Khadijah). Setelah 22 tahun di Ngawi Kiai Misbah pindah ke Cikalan (sebelah timur Dusun Poncol).