Aulanews.id – Hal ini diungkapkan oleh Izumi Nakamitsu, Perwakilan Tinggi Urusan Perlucutan Senjata, yang memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan pada hari Jumat, mengutip angka-angka terbaru yang tersedia.
“Ini berarti lebih dari 700 orang setiap hari, atau satu orang meninggal akibat senjata kecil setiap dua menit”, katanya.
Dia menambahkan bahwa “senjata kecil dan senjata ringan adalah senjata pilihan dalam memulai, mempertahankan dan memperburuk konflik, kekerasan bersenjata, terorisme dan bentuk-bentuk kejahatan terorganisir lainnya”.
Tindakan nasional dan regional harus diambilIbu Nakamitsu menyoroti perlunya pendekatan yang saling melengkapi untuk menanggapi ancaman keamanan yang semakin memburuk dan kompleks yang ditimbulkan oleh senjata-senjata tersebut.
Beliau mendesak penguatan kerangka kerja nasional dan regional dan “menerjemahkan” komitmen global menjadi “tindakan yang disesuaikan” di tingkat lokal, serta penetapan target sukarela nasional dan regional dan mengukur kemajuan untuk mencapai tujuan tersebut.
“Praktik-praktik baik dan pembelajaran dari inisiatif-inisiatif regional yang sukses menunjukkan pentingnya kerangka pemantauan dan evaluasi yang kuat untuk mengukur kemajuan dalam implementasi dan untuk menginformasikan penyusunan program dan kebijakan lebih lanjut,” kata Ibu Nakamitsu.
Pada saat yang sama, pendekatan seluruh pemerintah yang mengintegrasikan pengendalian senjata kecil dan ringan ke dalam inisiatif pembangunan, pencegahan dan pembangunan perdamaian sangatlah penting, tambahnya.
Dampak terhadap perempuanIbu Nakamitsu, yang juga mengepalai Kantor Urusan Perlucutan Senjata PBB, juga menggarisbawahi perbedaan dampak terhadap perempuan, dan menyerukan agar data berkualitas lebih baik dikumpulkan untuk analisis yang lebih akurat.
Hal ini juga akan menjadi dasar bagi pengembangan strategi pencegahan dan perlindungan berbasis bukti, serta pembuatan kebijakan dan program senjata ringan dan senjata ringan yang responsif gender, katanya.
“Dewan Keamanan didorong untuk memberikan mandat kepada badan-badan PBB untuk mengumpulkan data tersebut secara sistematis, termasuk ketika mencatat jumlah korban dan memantau insiden kekerasan seksual terkait konflik,” desaknya kepada para duta besar.
Perdagangan manusia meskipun ada embargo senjataPejabat senior PBB juga menyuarakan keprihatinan besar atas aliran senjata dan amunisi ilegal yang melanggar embargo senjata.