AulaNews.id – Tidak ada risiko langsung terjadinya perang antara Tiongkok dan Filipina di Laut Cina Selatan meskipun terjadi bentrokan berulang kali dalam beberapa bulan terakhir, menurut sebuah lembaga pemikir terkemuka Tiongkok.
Dilansir dari berita South China Morning Post yang diterbitkan pada 26 Maret 2024, hal ini karena Filipina tidak dapat mengalahkan Tiongkok sendirian, dan AS tidak tertarik untuk terlibat langsung dalam konflik semacam itu, kata Inisiatif Penyelidikan Situasi Strategis Laut Cina Selatan (SCSPI).
“Amerika Serikat berharap dapat menggunakan lokasi geografis Filipina … untuk menahan Cina, tetapi tidak ingin terlibat dalam konflik bersenjata dengan Cina karena agenda Filipina,” ujar lembaga pemikir yang berbasis di Beijing ini dalam laporan tahunan terbarunya.
Direktur SCSPI, Hu Bo, mengatakan meskipun Filipina tampaknya berubah menjadi “proksi” bagi kepentingan AS yang bertujuan melawan Beijing, “tidak ada kemungkinan terjadinya perang proksi”, mengingat negara-negara pengklaim Laut Cina Selatan termasuk Manila tidak akan mampu menang jika AS tidak terlibat.
“Amerika Serikat tidak ingin berperang, dan Filipina serta Vietnam tidak berani berperang,” kata Hu dalam diskusi panel yang memperingati dikeluarkannya laporan tersebut pada hari Jumat.
Hal ini terjadi di tengah berlanjutnya konfrontasi antara kapal Tiongkok dan Filipina di wilayah sengketa jalur air yang kaya sumber daya tersebut selama setahun terakhir.
Bentrokan terakhir terjadi pada hari Sabtu, yang merupakan pertikaian kedua bulan ini, dengan Manila mengatakan meriam air yang ditembakkan oleh penjaga pantai Tiongkok ke kapal pasokan di Second Thomas Shoal telah merusak kapal tersebut dan melukai awaknya. Beting yang dikuasai Filipina adalah bagian dari rangkaian Kepulauan Spratly yang diklaim oleh kedua negara dan disebut Nansha dalam bahasa China.