Keempat MUTAWARRI’, atau orang yang terjaga baik pergaulannya, perilakunya, makanannya atau sikap politiknya.
Dari uraian kriteria tersebut penulis berkeyakinan bahwa calon rais ‘am ideal saat ini adalah KH Miftahul Akhyar, karena beliau seorang kyai yang faqih alumni pesantren Tambakberas Jombang, pesantren Sidogiri Pasuruan dan Lasem Jawa tengah. bahkan diambil menantu oleh gurunya Syaikh Masduki Lasem yang terkenal alim Allamah.
Penulis mengenal baik beliau sejak bersama menjadi anggota lembaga Bahtsul Masail PWNU JATIM tahun 1999, beliau sangat rajin, tekun dan teliti dalam membahas masalah fiqh dan juga mampu menuangkan dalam bentuk tulisan, penguasaan terhadap gramatika bahasa Arab yang bagus membuat beliau sangat jeli dan berwawasan luas dalam membahas mengenai hukum fiqih.
Kyai Miftah juga berpengalaman aktif di jam’iyah Nahdlatul ulama sejak usia muda , menjadi Rois Syuriah PCNU Surabaya tahun 200-2005 kemudian Rois Syuriah PWNU Jatim 2008-2018 dan dilanjutkan dengan Wakil Rois Am PBNU pasca muktamar Jombang, jenjang karir khidmat seperti ini sangat penting untuk memahami kondisi kepengurusan NU di setiap tingkatan.
Kyai Miftah juga berpengalaman berpengalaman dalam bidang dakwah, dia tergolong tokoh yang rajin berkeliling ke berbagai daerah, aktif sebagai mubaligh yang mengisi pengajian di kota hingga pelosok-pelosok kampung dan pedesaan, beberapa kali penulis bersama satu podium mengisi pengajian warga NU di daerah, beliau seorang alim punya kemampuan menyampaikan dakwah dalam bahasa sederhana yang mudah dicerna masyarakatnya bawah maupun akademis, pidato beliau didepan konferensi internasional majelis fatwa Mesir beberapa bulan lalu mendapat pujian dan liputan luas dari media utama Mesir.
Sikap wirai beliau sangat menonjol, beliau tidak mudah menerima rayuan lobi politik dari siapapun dan teguh dalam pendirian, beliau juga tidak tergoda untuk ikut berkampanye di panggung politik dan terus kokoh Istiqomah menjaga khittah NU di jalur yang benar. Di kalangan NU Kiai Miftah juga terkenal tegas dan berani. Saat ramai isu penistaan agama misalnya, Kiai Miftah juga ikut meminta Polri menahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan menjadi saksi di pengadilan. Ketegasan Kiai Miftah juga terlihat saat polemik penggunaan ahlul halli wal aqdi (sisten musyawarah) dalam pemilihan Rais Aam PBNU pada muktamar NU di Jombang 2015 lalu.
Kedekatan Kyai Miftah dengan para Kyai sepuh juga sangat bagus, beliau sosok Kyai yang tawadhu dan menghormati para Masyayikh, penulis pernah menemani beliau bersama alm KH Ahmad Idris Marzuki dan beberapa Masyayikh pergi ziarah ke China dan Hongkong tahun 2002, dalam perjalanan sebelas hari itu tampak sekali kedekatan dan sikap tawadhu Kyai Miftah kepada para sesepuh, tak heran dalam beberapa kesempatan terakhir penulis mendengar sendiri dukungan kyai sepuh seperti alm. KH Zainuddin Djazuli dan KH Nawawi Sidogiri agar kyai Miftah bersedia untuk menjadi Rois Am, meskipun beliau selalu Secara halus menolak karena merasa belum pantas mendapatkan jabatan Rois Am. bahkan seingat penulis, ketika Muswil NU di Paiton Probolinggo tahun 2019, sudah dibicarakan dalam forum para kyai sepuh untuk mendukung kyai Miftah agar berkenan maju sebagai calon Rois Am dalam muktamar mendatang.