Aulanews.id – Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata agar segera dilakukan untuk mengakhiri penderitaan besar di Jalur Gaza. Ini setelah serangan udara Israel dilaporkan menewaskan lebih dari 700 orang dalam satu hari dan rumah sakit mulai ditutup karena kekurangan bahan bakar.
Antonio Guterres mengatakan pemboman dan blokade Gaza merupakan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina. Dilansir dari Guardian, dia juga menyebut hal itu melanggar hukum internasional. Komentar ini sempat memicu perselisihan sengit dengan Israel. “Untuk meringankan penderitaan besar, membuat pengiriman bantuan lebih mudah dan aman serta memfasilitasi pembebasan sandera. Saya menegaskan kembali seruan saya untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan,” katanya, Rabu (25/10/2023).
Guterres mengatakan serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober memang mengerikan tetapi tidak terjadi begitu saja. “Rakyat Palestina telah menjadi sasaran pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun,” katanya. “Mereka melihat tanah mereka terus-menerus dirusak oleh pemukiman dan kekerasan. Perekonomian mereka terhambat, penduduknya mengungsi dan rumah mereka dirobohkan. Harapan mereka akan solusi politik atas penderitaan mereka telah sirna,” tambahnya.
Utusan Israel untuk PBB, Gilad Erdan, meminta Guterres segera mengundurkan diri karena menuduhnya tidak peduli dengan kenyataan. “Komentarnya merupakan pembenaran atas terorisme dan pembunuhan. Sangat menyedihkan bahwa orang dengan pandangan seperti itu malah menjadi pemimpin sebuah organisasi yang muncul setelah Holocaust,” ujar Erdan.
Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen juga membatalkan rencana pertemuan dengan Gutteres. Serangan udara menewaskan sedikitnya 704 orang dalam satu hari terakhir, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, sehingga total korban tewas di Gaza setelah 18 hari pemboman menjadi 5.791 termasuk 2.360 anak-anak.
Sebelumnya, Antonio Guterres mengunjungi perbatasan Rafah dengan Gaza di sisi Mesir pada Jumat (20/10/2023). Dia datang untuk mengawasi persiapan pengiriman bantuan ke daerah yang tengah dilanda perang tersebut. Pesawat kargo dan truk telah membawa bantuan kemanusiaan ke Rafah selama berhari-hari, namun sejauh ini belum ada satupun yang dikirim ke Jalur Gaza yang telah dikepung dan dibom Israel selama 13 hari. (Ful)